Mahasiswa Tanggapi Sistem Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Penulis : Widi Anggraini Putri**

Gagasanonline.com – UIN Suska Riau resmi menerapkan sistem Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) pada 14 Maret 2022. Dalam pelaksanaannya, PTMT terdiri dari dua sistem yaitu sistem ganjil genap dan sistem maksimal 25 orang. Dua minggu diterapkan, mahasiswa menanggapi efektivitas sistem PTMT.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Rara Septina dan Tiara Fadhila Asri menilai sistem maksimal 25 orang lebih efektif daripada sistem ganjil genap.

“Kami satu kelas 28 orang, jumlah mahasiswa yang tidak hadir di kelas lebih sedikit dan lebih menguntungkan bagi kami,” kata Rara, Senin (21/3/2022).

Baca juga : Pemilihan Dema-U Tak Kunjung Usai, Sema Selingkungan UIN Suska Riau Gelar Audiensi Dengan Pimpinan

Menurut Tiara sistem ganjil genap tidak efektif. Karena saat sebagian mahasiswa belajar di kelas, sebagian lainnya hanya mendapat tugas.

“Kalau sistem ganjil genap ini kami lebih banyak liburnya, nggak efektif,” ucap Tiara.

Keduanya berharap pihak kampus bisa menerapkan sistem perkuliahan tatap muka sepenuhnya agar mahasiswa memahami materi perkuliahan dengan baik.

Selain Tata dan Tiara, mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Tengku Muhammad Rafli mengungkapkan sistem PTMT yang diterapkan di kelasnya yaitu ganjil genap dan tatap muka sepenuhnya. Keputusan tatap muka penuh diakuinya merupakan permintaan kelas karena sistem ganjil genap dirasa tidak efektif.

Tengku mengatakan saat sebagian mahasiswa belajar di kelas, sebagian lainnya tidak diberi materi. Sebagai gantinya dosen memberikan dua materi di minggu selanjutnya.

“Dalam kelas itu kami mendapat dua materi sekaligus, cukup sulit karena tidak semua bisa langsung memahami materi yang banyak,” ucapnya.

Senada dengan Rara dan Tiara, Tengku berharap perkuliahan tatap muka sepenuhnya dapat segera diterapkan.

Baca juga : UIN Suska Riau Tegaskan Peraturan Berpakaian dan Berboncengan

Mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Rofiqoh Romadhoni mengaku sistem perkuliahan dikelasnya ialah tatap muka sepenuhnya. Karena cara belajar dengan sistem sesi dianggap tidak efektif.

“Jika menggunakan sistem sesi, dosen mengaku kesulitan mengajar dan kami pun juga kesulitan menyerap materi,” kata Rofiqoh saat di wawancarai melalui WhatsApp pada Kamis (24/3/2022).

Rofiqoh menambahkan pihak kampus harus mengkaji kembali efektivitas sistem PTMT. Karena sistemnya dinilai tidak efektif dan berpengaruh kepada mahasiswa.

“Kalau pakai sistem sesi pasti akan berbeda cara penyampaian materi dari dosen. Bebannya menjadi dua kali lipat,” tutupnya.

 

Reporter : Widi Anggraini Putri**
Editor : Rindi Ariska
Sumber foto : Dok. Gagasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.