Cerpen

[Cerpen] Dimitte Me Te Perdere

Penulis: Hendrik Khoirul Muhid Desas-desus itu telah menyebar, tapi aku mencoba untuk membuat telingaku tuli. Gunjingan orang di belakang pun tak aku gubris. Biarkan saja mereka berkata dan berpikir sesuka kehendaknya. Tapi bagaimana pun juga, telinga tetap mendengar dan hatiku menjadi resah karenanya. Benarkah? “Kemarin suaminya si Wati boncengan sama wanita lain,” begitulah kira-kira bisik-bisik tetangga yang kudengar. Namun ternyata aku terlalu naif untuk setia mempercayaimu. Hingga akhirnya duniaku menjadi

[Cerpen] Dari Aku untuk Indonesia

Kepada mereka aku berterima kasih, juga kepada Fian yang telah menginspirasiku. Anak-anak ini menyadarkanku, tidak peduli kita dari kalangan apa, pendidikan adalah hak semua orang.

Secangkir Kopi Pahit untuk Hati yang Sakit

Penulis: Hendrik Khoirul Gagasanonline.com- Duduk di bangku paling sudut mencari sepi, aku menyesap kopi tanpa gula dengan perasaan hati tidak karuan. Aku tidak bisa membiarkan hatiku yang patah melarikanku pada seduh sedan air mata, di sinilah aku menahan, sebab di sini tidak mungkin aku menangis. Aku tidak tahu apa yang telah membawaku ke tempat ini, tapi di sinilah kini aku melarikan remukan hatiku. Aku terlalu ragu menyesap kopiku, aku tidak

[Cerpen] Dongeng Untuk Orang-orang di Atas

Penulis: Hendrik Khoirul Gagasanonline.com – Acok menghela napas panjang, sebab hasil panen kelapa sawit kali ini memprihatinkan, pun harganya tak sebanding dengan tenaga yang dikerahkannya saat memanen. Sebentar lagi anaknya bakal bayaran uang kuliah, padahal yang kemarin entah terpakai atau tidak. Kata Hamid, anaknya itu, semester lalu tidak ada kuliah di kampus karena Pandemi Covid-19. Acok bertanya-tanya dalam hati, kalau begitu ke mana perginya uang kuliah itu? Acok bukan orang

[Cerpen] Penyesalan Tak Berujung

Penulis: Rindy Ariska** Gagasanonline.com – Udara malam yang dingin dan menusuk tulang, dengan sepoi angin yang membawa pesan seolah menyelimuti malam ini, seorang gadis yang berlari di tengah jalan dengan pakaian yang berantakan. Bulir keringat juga mulai membasahi kening dan lehernya. Napasnya terengah dan air mata mengalir di pipinya, dari mata indahnya yang berwarna hitam pekat. “Hei kau! Tunggu aku! Jangan lari, Melva!, ” seseorang dengan perawakan seram dan suara

Move On, Sahabat dan Traveling

Penulis: Winda Julianti Handayani** Gagasanonline.com– 21 Februari 2019, tepat seminggu aku mengurung diri di kamar, menangis seharian hingga mata membengkak. Hari Velentine, di mana para pasangan berbahagia saling berbagi coklat dan hadiah, tetapi ketika itu aku diputuskan. Hubungan kami berjalan selama tiga tahun dengan baik tanpa ada masalah yang berarti, dia memutuskan hubungan dengan alasan ingin fokus kuliah, dalam jangka waktu dua hari aku mendengar kabar, dia menjalin hubungan dengan

Surup

Penulis : Hendrik Khoirul Gagasanonline.com– Matahari belum juga tenggelam, tapi rembang petang telah tak sabar mengungkung Desa Lembah Lembayung. Senja menyepuh kedua belah ufuk dengan jingga yang tak biasa, memang suasana agak berbeda kala itu, malam terasa terlalu cepat menjalar. Ternak-ternak lekas-lekas masuk kandang, sedikit ribut seakan ada yang mengintai-intai mereka dari balik semak. Jangkrik-jangkrik yang biasanya sibuk membangun lubang pun bagai terkubur dalam lubangnya, sepi yang terlalu senyap. Sore

Mengingat Ibu

Penulis: Puspita Sari** Gagasanonline.com – Aku Zia, usia 15 tahun, anak dari hasil perceraian. Kedua orangtuaku bercerai sedari aku kecil, ayahku meninggalkan kami untuk hidup dengan keluarga barunya. Lalu ibuku juga ikut meninggalkanku pergi bekerja untuk mencari nafkah di negeri orang sejak sembilan tahun lalu. Aku sempat berpikir, apakah aku menjadi beban bagi ibuku? Kenapa ia juga meninggalkanku. Hal ini pun tidak luput menjadi pertanyaanku kepada nenekku. Ya, sekarang aku

Daripada Tidak, Mencumbu Arwahmu Pun Jadilah

Penulis: Hendrik Khoirul Gagasanonline.com – Anastasia terbangun dari tidur ketika suara ketukan di pintu kamar kosnya mengusiknya, jam berapa sekarang? Batin Anastasia kesal. Ia melirik sebentar jam beker di meja nakas dan mendengus sebal, siapa pula yang berkunjung di jam dua pagi, sangat tidak sopan. Tertatih ia sembari mengumpulkan nyawa menuju pintu kamar kos. Anastasia terkejut saat melihat Jose, pacarnya, ada di depan pintu kamar kosnya, dini hari. Bukankah baru

Pelarian (Stigma NKRI 2)

Penulis: Muhammad Al-Hafis** Gagasanonline.com – Matahari mulai terbenam di bawah rintik hujan yang mulai turun ke alam semesta. Dalam pelarian ini aku panjatkan puji syukur kepadamu Tuhan. Sekilas terngiang wajah orang tua yang selalu menyayangi dan menjagaku. “Mudahan mereka baik-baik saja,” gumamku. Motor yang aku tumpangi tiba-tiba berhenti. Akhirnya aku sampai ketempat tujuan, sebuah gubuk kecil beratapkan jerami. Kupandang sekeliling, hanya hutan belantara yang kujumpai. Mungkin inilah tempat terbaik untuk