Insecure, Rasa Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Penulis: Ristiara Putri Hariati

Gagasanonline.com – Seiring bertambahnya usia, rasa insecure akan muncul dengan sendirinya. Misalnya saja, melakukan hal yang sepele, dengan melihat Instagram Story teman atau orang lain yang berkaitan dengan gaya hidup. Akibatnya, timbul rasa membandingkan diri sendiri dengan mereka. Seberapa tertinggalkah diri kita dari mereka? Pertanyaan tersebut seakan muncul dibenak dan membuat ragu dengan diri sendiri. Padahal sebetulnya standarisasi kehidupan manusia berbeda-beda.

Kata insecure sudah sangat umum hadir di kalangan masyarakat, terkhusus kaula muda saat ini. Namun, entah mengapa kehadirannya sangat asing untuk diri sendiri. Kita hanya mampu melihat, mendengar dan mengingatnya saja, tapi tidak kuasa untuk mengendalikan rasa insecure tersebut. Meski sudah kadarnya setiap manusia memiliki rasa insecurity atau selalu merasa kurang. Namun, kerap kali orang yang mengalami insecure merasa tidak percaya diri dan bahkan cenderung sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Sebenarnya insecure itu apa sih? Nah, menurut Abraham Maslow, seorang teoretikus kepribadian mengatakan insecure merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang merasa tidak aman, menganggap dunia sebagai sebuah hutan yang mengancam dan kebanyakan manusia berbahaya dan egois. Singkatnya, adalah rasa ‘tidak aman’ dalam kondisi mental dan bisa berlaku pada banyak hal. Misalnya Body Image, bagaimana seseorang memberi penilaian atas apa yang dia pikirkan tentang bentuk dirinya dengan membandingkan bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Padahal apa yang kita pikirkan tentang diri sendiri belum tentu mempresentasikan keadaan yang aktual.

Sementara, menurut psikolog klinis, Melani Greenberg menyebut ada 3 penyebab seseorang merasa insecure, yaitu:

  1. Karena kegagalan atau penolakan
    Pastinya pembaca tidak asing dengan kata Beauty Standart atau standar kecantikan yang bisa disangkutkan pada wanita maupun pria. Misalnya perempuan yang cantik itu mestilah berkulit putih, hidung kecil, tubuh langsing dan sebagainya. Standar yang digembor-gemborkan lewat media daring maupun luring dikemas dalam iklan-iklan produk skincare. Inilah salah satu yang membuat seseorang merasa tidak pantas. Berdasarkan penelitian ketidakbahagiaan berdampak pada self-esteem atau harga diri, kegagalan dan penolakan dapat berdampak pada ketidakpercayaan diri.
  2. Kecemasan sosial
    Kembali lagi pada standar, insecure di aspek lain misalnya pada masa depan, apakah bisa sukses, apakah bisa menggapai mimpi, di usia 30 masih menganggur, belum menikah dan segala standar kehidupan yang ‘seharusnya’ sudah terpenuhi. Karena rasa takut dievaluasi orang lain dapat menyebabkan rasa cemas yang pada akhirnya membuat mereka menghindari situasi sosial karena merasa tidak nyaman.
  3. Perfeksionisme
    Beberapa orang membuat standar yang tinggi dalam segala hal yang mereka lakukan. Sayangnya, realita tidak selalu sesuai dengan ekspektasi. Terus menerus kecewa dan selalu merasa tidak sempurna maka timbullah perasan tidak layak.

Sebetulnya rasa insecure tidak selalu berdampak negatif bagi kepribadian manusia, bila manusia itu bijaksana dalam menyikapinya. Sebab, sudah tabiatnya manusia selalu memiliki kekurangan dalam kehidupannya. Selanjutnya, insecure juga bisa menjadi faktor pendorong bagi manusia untuk terus berkembang, dengan belajar banyak hal tentang kekurangan diri, tidak merasa cepat puas pada pencapaian kecil dan sadar manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Maka manusia perlu berdamai dengan kekurangan itu. Dengan kata lain, kita perlu memiliki batasan untuk insecure dan juga punya kendali, jangan sampai kita didominasi oleh insecurity itu.

Editor: Kakak Indra Purnama
Ilustrasi Gambar: Ristiara Putri Hariati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.