UIN Suska Bangun Monitoring Kualitas Udara Nano Lebih Canggih dari BMKG

p { margin-bottom: 0.1in; direction: ltr; line-height: 120%; text-align: left; widows: 2; orphans: 2; }

http://www.gagasan-online.com/2016/01/uin-suska-bangun-monitoring-kualitas.html
Kunaifi (kiri) dan Petir Papilo (kanan) dua dari tiga perwakilan UIN Suska Riau di Seminar yang digelar forum riset EA-Nanonet di Prince University of Songkla di Thailand. Kampus Islam Madani menjadi satu-satunya universitas di Indonesia yang bergabung dalam forum riset ini
gagasan-online.com : UIN Suska Riau mendapatkan alat monitoring pertikel nano di udara. Seperangkat
perlengkapan monitoring yang akan dibangun di Fakultas Sains dan
Teknologi ini merupakan pemberian dari Universitas Kanazawa. Hal ini
juga sebagai penanda bergabungnya UIN Suska dalam lembaga riset
bergengsi East Asia Nanoparticle Mentoring Network (EA-Nanonet).
Alat monitoring
yang akan dibangun nantinyanya disebut-sebut mempunyai tingkat
sensitifitas lebih tinggi dari alat yang dimiliki Badan Meteorologi
Klimtologi dan Geofisika (BMKG). Pasalnya, Alat ini dapat mengukur
partikel udara hingga 0,1 mikrometer (PM 0,1). Berbeda jauh dengan
yang dimiliki BMKG yang hanya sampai 10 mikrometer (PM 10).
Nantinya UIN
Suska mejadi satu-satunya institusi pertama yang dapat menjadi stasiun monitoring ini
di Indonesia. Selain itu, UIN Suska juga menjadi satu-satunya
institusi indonesia yang bergabung dalam forum EA-Nanonet yang fokus
membahas partikel udara di atmosfer.
Alat yang
digunakan untuk melakukan monitoring sudah berada di tangan kampus.
Saat ini seperangkat alat tersebut disimpan Dosen Teknik Elektro
Kunaifi. “Alatnya sudah datang sekitar dua minggu lalu,” kata
Petir Papilo, salah seorang dosen yang ikut dalam perjanjian
kerjasama dengan Universitas Kanazawa di Thailand beberapa waktu
lalu.
Petir Papilo juga
menjelaskan perlengkapan monitoring ini tidak diproduksi secara
masal. Perlengkapan ini diberikan khusus untuk para anggota forum
riset EA-Nanonet. “Karena masih dalam tahap pengembangan,”katanya.
Kemampuan alat
ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah
pencemaran udara. Namun tidak hanya bagi pemerintah,bagi akademisi
juga dapat memanfaatkannya untuk penelitian baik dalam bidang
lingkungan mau pun kesehatan. “UIN Suska bisa juga menjadi pusat
informasi kesehatan masyarakat,”kata Petir Papilo.
Selain UIN Suska di Indonesia, sejumlah negara seperti  Jepang, China, India, Myanmar, Singapura, Malaysia sudah terlebih dahulu membangun stasiun monitoring ini. Pengukuran kualitas udara sangat diperlukan saat ini di tengah kualitas udara di atmosfer yang cukup memprihatinkan yang berdampak bagi kehidupan dunia.(Hanif)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.