COVID-19 Varian Omicron Diperkirakan Berasal dari WNI yang Tiba dari Nigeria

Penulis: Syarul Barokah Fakhruddin *

Gagasanonline.com – Diperkirakan COVID-19 varian Omicron hadir di Indonesia pada akhir bulan November 2021 setelah beberapa Warga Negara Indonesia (WNI) datang dari Nigeria. Pada tanggal 16 Desember 2021, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menemukan kasus varian Omicron terjadi pada salah satu petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. Petugas tersebut berinisial N yang diketahui belum sekali pun pergi ke luar negeri.

Baca juga: Ajukan Keringanan UKT ke 3 Kalinya, Rektor UIN Suska: Silahkan, Nanti akan Diverifikasi Lagi

Sehingga disimpulkan bahwasanya N terjangkait COVID-19 varian Omicron dari pasien Wisma Atlet yang melakukan karantina. Mengutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id setelah merunut kasus WNI positif COVID-19 di Wisma Atlet pada 14 hari ke belakang, besar kemungkinan kasus pertama Omicron berasal dari WNI berinisial TF usia 21 tahun yang datang dari Nigeria pada tanggal 27 November 2021.

Dilansir dari nasional.kompas.com berdasarkan laporan pada tanggal 31 Desember 2021, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengungkap adanya penambahan kasus baru COVID-19 varian Omicron sebanyak 68 orang akibat dari penularan. Dengan ini, total kasus varian Omicron di Indonesia menjadi 136 orang (per tanggal 1 Januari 2022). dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid selaku Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI menyebutkan 68 kasus baru tersebut berasal dari orang yang melakukan perjalanan luar negeri, 11 di antaranya adalah Warga Negara Asing (WNA).

Baca juga: WR I Jawab Kenapa Mahasiswa Wajib Unggah Surat Pernyataan Bermaterai di Iraise

“Semua kasus merupakan pelaku perjalanan luar negeri, dengan asal negara kedatangan paling banyak dari Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat,” sebutnya dalam keterangan tertulis pada laman resmi Kemenkes RI, Sabtu (1/1/2022).

Disampaikan oleh Nadia, berdasarkan perhitungan prediksi peningkatan kasus akibat Omicron dibandingkan Delta serta mempertimbangkan tingkat penularan dan risiko keparahan dari data World Health Organization (WHO), maka akan terjadi penambahan kasus yang lebih cepat. Namun, penggunaan tempat tidur di rumah sakit atau ICU akan lebih rendah dibandingkan dengan periode kasus COVID-19 varian Delta.

‘’Artinya varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi tapi dengan risiko sakit berat yang rendah,” katanya.

Baca juga: UIN Suska Riau Jadi Kampus Terbaik se-Riau Versi UniRank

Juru Bicara Kemenkes ini meminta kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap penularan kasus varian Omicron, karena keadaan bisa berganti dalam waktu singkat. Nadia juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak bepergian ke negara-negara yang berisiko tinggi penularan Omicron.

“Jangan egois, harus bisa menahan diri untuk tidak bepergian dulu ke negara dengan transmisi penularan COVID-19 yang sangat tinggi seperti Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. Kita harus bekerjasama melindungi orang terdekat kita dari tertular COVID-19. Mari kita menahan diri,” pungkasnya.

Editor: Puspita Amanda Sari
Gambar: Dok. sehatnegeriku.kemkes.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.