Pelecehan Seksual dan Seks Konsensual, Apa Bedanya?

Penulis: Tika Ayu

Gagasanonline.com- Minggu lalu jagat Twitter sempat diramaikan dengan #Tiara (red: tagar Tiara). Nama tersebut rupanya menyasar pentolan Indonesia Idol 2020 Tiara Andini, buntut dari cuitan pribadinya pada Senin, 2 Agustus lalu.

Cuitan yang kini sudah dihapus pelantun lagu “Maafkan Aku” pada akun Twitter-nya @initiaraandini tersebut berbunyi: “Habis close friend sekarang ada lagi yaitu sexual harassment. Kek gini gabisa nyalahin salah satu pihak doang. Mau cewenya ato cowonya duluan, tapi kalau keduanya open? Ini pentingnya punya harga diri.”

Sempat ramai diperbincangkan, nitizen beranggapan diksi yang digunakan Tiara terhadap pelecehan seksual (sexual harassment) dengan seks konsensual sama sekali tidak tepat. Kerap dianggap sama, lantas apa perbedaan di antara keduanya?

Baca juga: Menolak Bungkam Kekerasan Seksual di Institusi Agama dan Pendidikan

Seksual Harassment

Mengutip pertanyataan Equal Employment Opportunity Commission (EEOC), pelecehan seksual didefinisikan sebagai rayuan seksual, permintaan bantuan seksual, perbuatan verbal maupun fisik berbau seksualitas yang tak diinginkan salah satu pihak.

Sementara itu, Komnas Perempuan menyatakan bahwa pelecehan seksual merupakan tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban. Ia termasuk menggunakan siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukkan materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual, sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.

Lantas bagaimana terkait konsensual?

Jika merujuk pada laman plannedparenthood.org, konsensual didefinisikan sebagai persetujuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas seksual. Dijelaskan unsur konsensual termasuk Freely Given, Reversibel, Informed, Enthusiastic, Spesific (FRIES), dengan penjelasan:

Baca juga: Kenali Beragam Bentuk Kekerasan Seksual

Freely given, artinya tidak ada tekanan, manipulasi, atau di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol.

Reversible, artinya siapa pun dapat berubah pikiran tentang apa yang ingin mereka lakukan, kapan saja.

Informed, yaitu menyetujui sesuatu jika memiliki cerita lengkapnya. Misalnya, jika seseorang mengatakan akan menggunakan kondom dan ternyata tidak, maka hal tersebut  tidak memenuhi konsen.

Baca juga: Pernikahan Dini Rentan Menyasar Anak Perempuan

Enthusiastic, yakni hanya boleh melakukan hal-hal yang sama-sama ingin dilakukan, bukan sekadar memenuhi harapan salah satu individu untuk dilakukan.

Spesific, yaitu mengatakan ya untuk satu hal, maksudnya saat diawal individu hanya konsen untuk hal cuddling bukan berarti dapat izin untuk melakukan hubungan seksual.

Editor: Delfi Ana Harahap
Foto: Magda Ehlers/Pexels.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.