Angkat Isu Kekerasan Seksual, Eko Rusdianto Raih Penghargaan Jurnalisme

Penulis : Tika Ayu

Gagasanonline.com – Wartawan asal Maros, Sulawesi Selatan Eko Rusdianto penulis liputan kekerasan seksual berjudul “Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor Polisi, Polisi Hentikan Penyelidikan”, dapatkan penghargaan Oktavianus Pogau dari Yayasan Pantau, Senin (31/1/2022).

“Keputusan Eko Rusdianto buat menggali sebuah kasus, dan belajar soal liputan trauma, lantas mendapat kepercayaan dari ibu para korban buat menulis kekerasan seksual. Serta laporan yang kritis, membuat para juri sepakat bahwa hal tersebut merupakan sebuah keberanian dalam jurnalisme,” kata Coen Husain Pontoh dari Penghargaan Oktavianus Pogau.

Liputan Rusdianto tentang kekerasan seksual tersebut, menarik perhatian publik di tengah maraknya terungkap dugaan kasus kekerasan seksual. Hingga memicu gelombang protes yang mendukung #PercumaLaporPolisi viral di dunia maya.

Bersamaan dengan ramainya perbincangan hasil liputan tersebut, laman projectmultatuli.org, tempat liputan Rusdianto diunggah, mendapatkan serangan Distributed Denial of Service (DDOS) sehingga tidak dapat diakses (down). Puluhan media lain bantu menerbitkan laporan yang sama di laman masing-masing. Liputan kasus kekerasan seksual yang diberhentikan pada 2019 tersebut mendapat komentar pihak kepolisian Luwu Timur sebagai berita bohong.

Baca juga: Tanggapan KPUM FU Terkait Pernyataan Sikap dan Mosi Tidak Percaya Tiga HMPS FU

Kembali pada awal mula Rusdianto memulai menulis liputan dugaan kekerasan seksual ini, ia mengetahui mandeknya laporan kasus kekerasaan yang menyandung birokrat Luwu Timur pada 2019, Rusdianto mulai membaca berkasnya bersama kenalannya di Lembaga Bantuan Hukum Makasar.

Kemudian pada 2020, Eko Rusdianto ingin menuliskan dugaan kekerasan seksual, namun merasa belum memiliki pengetahuan dan keterampilan soal liputan trauma, terutama terhadap korban kekerasan seksual, “Ibu Lydia”, yang melaporkan mantan suaminya kepada polisi dengan tuduhan kekerasan seksual terhadap ketiga anak perempuannya.

Pada 2021, Project Multatuli hubungi Rusdianto untuk meliput kasus hukum yang mandek. Rusdianto mengusulkan tentang kasus kekerasan seksual di Luwu Timur. Dia ingin menyambung suara “Ibu Lydia” yang disebut gangguan jiwa karena memperkarakan mantan suaminya.

Pontoh mengatakan bahwa dengan keputusan membongkar kasus yang sudah ditutup polisi adalah sebuah keberanian.
“Ini suatu yang lazim dilakukan wartawan dalam masyarakat mendukung demokrasi” ungkapnya.

Tentang Rusdianto, ia kelahiran September 1984, di Kampung Kombong, Kecamatan Suli, Kabuoaten Luwu, Sulawesi Selatan. Dan kuliah jurnalistik di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Fajar. Eko Rusdianto pernah belajar jurnalisme dan penulisan di Yayasan Pantau tahun 2008. Selain itu Rusdianto juga sering mengirim tulisannya di berbagai media, Mongabay, Vice, Historia, New Naratif, AlJazeera, South China Morning, Remotivi. Bahkan di penerbit Mongabay, Rusdianto kerap mengirimkan liputan tentang perampasan tanah serta pengerusakan lingkungan hidup, penggusuran tanah warga Seko.

Reporter: Tika Ayu
Editor: Sabar Aliansyah Panajitan
Foto: Dok istimewa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.