Antara Taman Baca dan Kantin

Gagasanonline.com– Pembangunan kantin di sebelah kanan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Suska Riau menimbulkan perbedaan pendapat dari beberapa mahasiswa. Pasalnya sempat terdengar wacana pembuatan taman bacaan dari pihak Dekanat FDK yang hingga kini belum terealisasikan.

“Kami lebih butuh taman baca yang dilengkapi colokan dan Wi-Fi,” kata Sulaimansyah, Mahasiswa semester delapan Jurusan Komunikasi ketika diwawancarai di Lingkungan FDK, Selasa (06/03/2018)

Ucok, sapaan akrab Sulaimansyah mengatakan demikian, karena kebutuhan taman baca mahasiswa jauh lebih utama dan lebih bermanfaat dibandingkan kantin. “Supaya bisa menunjang pembelajaran juga nantinya,” ujarnya.

Senada dengan Ucok, Megi Hartati Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam  juga mengatakan mahasiswa lebih membutuhkan taman bacaan, sebab menurutnya mayoritas mahasiswa memilih berbelanja ke Buluh Cina dibanding kantin. “Paling ke kantin cuma fotokopi,” ungkapnya.

Berbeda dengan Ucok dan Megi, Masyitah, Mahasiswa Manajemen Dakwah, mengatakan kantin maupun taman bacaan sama-sama prioritas. Dengan dibangunnya kantin dan taman baca, kedepannya bisa dimanfaatkan mahasiswa salah satunya dengan diskusi yang saat ini biasanya dilakukan di kelas.

Tambah Masyitah, FDK saat ini juga kekurangan kantin. Ia merasa kesulitan bila harus ada yang dibeli saat proses perkuliahan sudah berjalan. “Antara ilmu dan tenaga juga harus seimbang,” ungkapnya.

Masyitah berharap, kedepannya FDK juga bisa membangunan taman baca, hal tersebut ia katakan demi menunjang proses kuliah lebih efektif. “Sayang sekali kalau FDK tidak punya taman baca,” harapnya.

Terkait pembangunan Kantin FDK tersebut,  Kepala Bagian Umum dan Rumah Tangga UIN Suska Riau, M Natsir angkat bicara. Ia mengatakan wewenang dalam pembangunan tersebut dipegang oleh bagian  Pusat Pengembangan Bisnis UIN Suska Riau. “P2B itu Pak Perdamaian, coba tanyakan ke beliau saja,” katanya.

Hingga berita ini diturunkan, Ketua Pusat Pelayanan Bisnis atau lebih dikenal Badan Layanan Umum, Perdamaian belum  bisa dihubungi karena padatnya jadwal mengajarnya.

Penulis: Kiki Mardianti
Editor: Adrial Ridwan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.