Menulis Itu Perlu Action

Oleh Muthi Haura
(Wartawan Gagasan UIN Suska Riau)

Menulis. Mendengar kata itu tentu saja berbagai persepsi yang timbul bukan? Ada yang menganggapnya sebagai sesuatu hal yang menyenangkan dan bahkan ada pula yang menganggap sebaliknya. Tapi kebanyakan dari kita menganggap menulis sebagai momok yang menakutkan, sehingga tidak banyak orang yang benar-benar ingin terjun dalam dunia menulis. 


Padahal sebenarnya tanpa kita sadari bahwa kegiatan menulis memiliki peran penting dalam kehidupan. Bayangkan kalau kamu enggak bisa menulis, pastinya kamu akan kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen. Bayangkan kalau kamu enggak bisa nulis, pasti skripsi kamu bakal susah banget kamu kerjakan bukan? 

Banyak banget manfaat dari menulis, salah satunya adalah memperpanjang umur. Maksudnya itu seperti jika kamu sudah tiada, maka orang-orang masih bisa mengenalmu lewat tulisanmu. Kamu juga tidak akan bisa mengabadikan setiap momen di dalam hidupmu hanya lewat foto. Kenapa? Karena kenangan yang hanya diabadikan lewat foto, rasanya akan mudah terlupakan. Beda jika kenangan itu kamu tuliskan. 


Jika kamu ingin mengenal dunia, maka membacalah. Dan jika dunia ingin mengenalmu, menulislah! Percayalah, banyak manfaat yang akan kamu dapatkan lewat menulis. Akhir-akhir ini banyak yang bertanya ke saya bagaimana caranya menulis. 

Jujur saja, saya sendiri tak mengerti harus menjelaskan dari mana. Masalahnya saya juga tak paham segala macam teori tentang menulis. Yang saya tahu, menulis itu harus action. Ya, harus action. Harus memulai menggoreskan pena ke kertas dan menumpahkan ide atau mengetikkan jari-jemari di atas keyboard laptop. 


Percuma mempelajari segala teori tentang menulis, tapi sama sekali tak ada action. Itu mah sama saja bohong. Kalau mau pandai menulis, ya harus menulis! itu saja kuncinya dari penulis-penulis yang pernah saya ikuti seminarnya. Kalau lagi menulis pun, tulis saja sampai selesai. Jangan dibaca dan jangan pikirkan EYD, nanti kalau sudah jadi naskah utuh tulisanmu, barulah baca ulang dan perbaiki EYD. Kalau menulis sambil dibaca, pasti akan banyak kata yang dihapus, akhirnya tulisan enggak akan pernah selesai. 


Biasakan juga menulis setiap hari. Terserah mau menulis apa, tentang kegiatan kuliah, tentang perasaanmu, atau tentang hal lainnya. Tidak mungkin kan dalam sehari kamu tidak punya bahan untuk ditulis? Menulis itu kaya pisau, semakin diasah semakin tajam. Kalau tak diasah-asah, tentu saja bakal tumpul. 


Sekarang ini banyak media yang bisa kamu jadikan tempat untuk latihan menulis, di catatan facebook, atau bahkan blog misalnya. Jangan juga beralasan bahwa kamu tak punya waktu. Masa ngestalkerin ‘gebetan’ bisa, tetapi meluangkan waktu untuk menulis selembar saja enggak bisa? Kalau kamu benar-benar mencintai dunia menulis dan ingin punya karya di dalamnya, pasti kamu juga akan menyempatkan waktu di sela kesibukan kamu untuk menulis. 


Ada juga yang beralasan menunda menulis karena enggak punya perlengkapan seperti laptop atau komputer. Novelis terkenal J.K.Rowling saja dengan menggunakan mesin tik tua mampu menghasilkan karya sefenomenal Harry Potter. Ayolah, kalau memang menulis itu hidup kamu. Tak perlu banyak alasan. Mulai action

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.