Presiden Jokowi di Sadap, Ini Tanggapan Dosen UIN Suska Riau


gagasan-online.com : Kasus penyadapan kembali terngiang ditelinga masyarakat dan para
petinggi pemerintahan negara Indonesia. Penyadapan yang dilakukan  pada presiden Indonesia sontak menjadi
pembicaraan orang banyak. Ini bukan kali pertama presiden Indonesia disadap.
Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), juga pernah mengalami hal
yang sama. Dan kali ini dialami oleh presiden terpilih Joko widodo.
Menurut Musfialdy salah satu dosen di Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, selasa,(10/15) penyadapan ini menyangkut
privasi. Privasi adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir dan
tidak boleh dicampuri oleh orang lain. “Presiden jokowi sebagai simbol negara,
dan semua itu harus dihormati sebagai kedaulatan sebuah negara,” tuturnya.
Kalau itu terlanggar oleh hal penyadapan, hal itu harus ada hukuman
atau vonis. Sehingga orang tidak semena-mena dengan Presiden Indonesia, dan
mereka pun tidak semena-mena melakukan hal penyadapan. “Jika masalah ini ada
sangkut pautnya dengan masalah eksekusi mati, itu sudah termasuk intervensi,”
sebutnya secara hukum dan etika itu terlanggar.
“Aparat kepolisian maupun aparat militer Indonesia harus tegas,”
harapnya.
Sedangkan menurut Yantos salah seorang dosen Politik di UIN Suska
Riau mengatakan, penyadapan yang dilakukan pada Presiden sekarang sama halnya
dengan yang dilakukan pada presiden SBY, yaitu untuk mengetahui bentuk
kepemimpinan dan kemana arah kebijakan yang akan dibuat dibawah pimpinan
Presiden yang baru. “Mencakup hal kemampuan Indonesia sekarang sampai dimana,
kelemahan Indonesia apa, dan kemandirian yang dimiliki oleh negara indonesia
sampai dimana,” menurutnya.
“Ini semua ada sangkut pautnya dengan eksekusi mati dua orang warga
negara berkebangsaan Australia,” katanya.
Ia menjelaskan, berbagai cara dilakukan oleh perdana menteri
Australia, dari mulai hal mengungkit masalah bantuan tsunami aceh, sampai
dengan adakan negosiasi pertukaran tahanan Indonesia di Australia dengan
tahanan yang akan di eksekusi mati di Indonesia karena masalah narkoba. Dapat
dikatakan ini diplomasi atau negosiasi, supaya kita mau menyetujui hal itu dan
selalu ditekan dari hal yang telah terjadi. “Padahal bantuan itu bukan hanya
dari Australia saja,” ucapnya.
“Kamu punya rahasia loh, saya bocorkan rahasia kamu kalau tidak
ingin menyetujui,” dia misalkan.
“Jadi kalau kita ingin menjadi negara mandiri dan besar, harus bisa
tegas dan siap menghadapi negara lain tanpa mengalah dan diintervensi,”
tutupnya. (Ferdy**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.