gagasan – Tim sukses nomor urut dua menyebut dekanat Fakultas Sains dan Teknologi (Faste) intervensi dalam pemira di fakultasnya. Hal ini tertuang dalam rilis yang dikirim ke gagasan beberapa waktu lalu.
Rilis yang dikirim melalui media sosial itu menyebut bahwa pihak dekanat tidak menerima keputusan KPRM dan BLM terkait digugurkannya calon kandidat gubernur nomor urut satu.
“Pimpinan FASTE UIN Suska Riau Intervensi PEMIRA mahasiswaPemira FASTE yang berlangsung pada tanggal 19 Januari 2015 menuai konflik yang berkepanjangan yang mengakibatkan tertundanya pemungutan suara selama 3 setengah jam, yang seharusnya berlangsung dari pukul 08.00 baru bisa terlaksana pada tanggal 11.30 WIB, penundaan ini diakibatkan pimpinan FASTE tidak setuju dengan keputusan KPRM dan BLM FASTE yang sebelumnya memutuskan salah satu kandidat didiskualifikasi karena melanggar peraturan PEMIRA.Secara mendadak jajaran pimpinan FASTE membuat rapat bersama BLM dan KPRM FASTE dan merubah keputusan yang sebelumnya telah disepakati BLM,KPRM dan semua ketua himpunan jurusan selingkungan FASTE.Tertundanya PEMIRA dan dihapuskannya keputusan sebelumnya membuat pasangan lainnya merasa dirugikan,dan menuntut pimpinan FASTE tidak ikut campur dalam pesta demokrasi mahasiswa FASTE.Saat ini salah satu pasangan yang merasa dirugikan,sedang menempuh prosedur pengaduan ke ombudsman.”
Rilis tersebut dikirim melalui akun Riski Ananda. Saat dikonfirmasi melalui BlackBerry messenger, Riski membenarkan dan menyebut rilis tersebut bukan atas nama pribadi melainkan tim.
Wakil Dekan III Faste, Dr Okfalisa membantah hal tersebut. Menurutnya dekanat hanya melakukan mediasi terkait tuntutan tim sukses nomor urut safu atas keputusan KPRM, “Tim nomor urut satu minta bantu mediasi karena mereka tidak menerima keputusan KPRM,”katanya.
Pasangan Yoga-Fadli yang pada saat pemira mendapatkan nomor urut satu digugurkan oleh pleno dua hari sebelum hari pemilihan. Hal ini ditolak oleh tim sukses nomor urut satu karena dianggap tidak adil. (Hafiz)
LPM Gagasan
UIN Suska Riau