[OPINI] Mencari Fungsi Dema UIN Suska dalam Problema Kampus

Penulis: Rofiqoh Romadhoni*

Gagasanonline.com – Setelah melalui proses yang cukup panjang, kini Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Suska Riau unjuk eksistensi kembali. Sudah beberapa bulan menjajaki strata tertinggi dalam organisasi mahasiswa internal kampus, semoga tidak ada kerentanan disusupi kepentingan dari luar dan juga intervensi oleh birokrat.

Jika bertanya mengenai harapan, tentu banyak harapan yang ditujukkan untuk Dema Universitas sebagai ajang aktualisasi diri, dema yang akan meningkatkan softskill mahasiswa dan juga jembatan pengambil keputusan antar perguruan tinggi dengan mahasiswanya. Dengan begitu, dema memiliki peran strategis, independen dan menambah citra positif dari kampus. Lantas, jangan sampai sekedar ajang unjuk gengsi.

Ekspetasinya, Dema Universitas bisa menyampaikan aspirasi atau opini mahasiswa tanpa ditunggangi oleh kepentingan oligarki ataupun opini yang berkepihakan. Tidak bisa dipungkiri, masalah demi masalah di kampus belum mencapai tahap penyelesaian yang memuaskan. Bahkan, belum kelar satu topik permasalahan, sudah mencuat topik lain yang mengguncang kampus tercinta ini. Tidak perlu disebutkan satu persatu, rasanya civitas akademika UIN Suska sudah sangat memahami bagaimana keadaan kampus.

Salah satu Mahasiswa Fakultas Ushuuludin (FU) Affandi mengatakan kinerja Dema Universitas dapat dikatakan alon-alon asal klakon, karena memang terlihat lamban dalam bergerak dan terkesan bertele-tele namun tetap dilaksanakan apa yang menjadi kewajiban. Contohnya masalah UKT mahasiswa kemarin.

Pergerakan Dema dalam membuat narasi penyelesaian masalah, selalu menjadi sasaran perhatian. Maka dari itu, tampaknya mahasiswa memerlukan solusi fundamental dalam menuntaskan akar permasalahan, bukan hanya penyampaian aspirasi namun minim solusi.

Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPSi) Muhammad Adjie Alfarisi menyebutkan pergerakkan yang dilakukan oleh Dema Universitas cukup baik, tetapi masih ada hal yang terasa mengganjal. Seperti, kurangnya koordinasi dengan simpul-simpul di fakultas sehingga terkesan bergerak sendiri.

“Bahkan, sampai sekarang belum ada itikad baik kawan-kawan Dema Universitas untuk mendudukan tiap simpul-simpul guna membahas permasalahan yang ada di tiap fakultas,” ujarnya saat di wawancarai via WhatsApp, Sabtu (13/05/2023).

Kita semua tentu yakin, dema ini berisikan mahasiswa-mahasiswa yang melek terhadap isu kampus dengan ambisi dan idealisme yang tinggi. Tentu, energi dan vokal menggebu dalam menyampaikan aspirasi. Maka, pergerakan Dema selalu dinanti-nanti.

Kedepannya, kita akan semakin menyambut pergerakan dema dalam menuntaskan permasalahan yang ada di kampus. Selain itu, sebagai penyambung lidah mahasiswa semoga tidak ada intimidasi atau pemberangusan terhadap kebebasan berpendapat di kampus.

Dema Universitas menjadi secercah harapan di antara kegelapan, lantas mahasiswapun menaruh harapan besar. Ya, fungsi Dema ini untuk melakukan kontrol sosial terhadap kampus harus selalu dilakukan.

Semoga kampus ini tetap menjadi zona netral, tidak ada intelektual yang menghamba pada kekuasaan.

Salam sejahtera, untuk Dema Universitas.


Editor: Windi Astuti
Sumber Foto: Dok Fiqoh Romadhoni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.