Yogi Pratama Peraih Medali Emas Cabor Panahan Perorangan Putra PON XX Papua 2021

Penulis: Septi Khairani Fitri *

Gagasanonline.com – Mahasiswa Psikologi UIN Suska Riau Yogi Pratama, berhasil meraih medali emas Cabang Olahraga Panahan Perorangan Putra dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021. Yogi, begitu ia biasa disapa, adalah mahasiswa semester IX Psikologi UIN Suska Riau. Bagi Yogi, panahan bukanlah sekedar hobi, kendati begitu ia masih tak menyangka berhasil melangkah sejauh itu dan menyandang medali emas di tingkat  nasional. Beruntung Gagasan berhasil mewawancarai Yogi, berikut kisah mahasiswa berprestasi yang jarang diketahui orang ini.

Yogi memulai latihan di dunia panahan sejak 2010-2011,  berhasil masuk Pusat Pembinaan Dan latihan Pelajar (PPLP) Panahan pada 2013 dan berlanjut sampai kini kendati sudah tidak diprogram lagi. Bagi Yogi, Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 bukan kali pertama ia menyambangi tanah Papa Ua. Sebelumnya, Yogi pernah ke Papua Barat pada 2013 untuk bertanding.

Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Rektor UIN Suska Riau: Kita Akan Rancang Bulan Depan 

Yogi bercerita, tak tahu pasti kapan mulai tertarik dengan panahan, awalnya ia hanya diajak ikut latihan oleh ayahnya yang kebetulan adalah seorang pelatih panahan. “Sebenarnya bingung juga kapan mulai tertarik panahan. Awalnya saya diajak ikut latihan sama bapak, yang kebetulan pelatih panahan. Jadi ya saya jalani aja terus. Semakin ke sini, semakin berusaha untuk profesional, karena posisi saya sudah jadi atlet, dan saya juga menganggap kalau Panahan ini sebagai profesi,” ujarnya melalui Whatsapp, Kamis (07/10/2021).

Prestasi-prestasi yang pernah diraihnya pun sangat memuaskan, di antaranya 1 perak Kejurnas Panahan (2017 – NAD), 1 Perunggu Kejohanan Memanah Muzium Diraja (2019 – Malaysia), Semifinalis PON 19 di Jawa Barat (2016 – Jawa Barat), dan yang teranyar 1 Emas Cabor Perorangan Panahan Putra PON XX Papua 2021.

“Alhamdulillah, pengalaman dan perjuangan yang luar biasa. Gak nyangka bisa melangkah sejauh ini, bisa sampai puncak, benar-benar di luar dugaan. Kami datang ke Papua dengan target yang minim dan gak terlalu dibebankan dengan target medali. Kami hanya berusaha melangkah sejauh mungkin. Sampai sekarang masih gak nyangka udah dapat emas di PON. Dengan hal ini, abang juga berharap langkah teman-teman yang bertanding di nomor lain nantinya semakin ringan,” ujarnya.

Baca juga: Atlet Disabilitas Intelektual Riau Bakal Wakili Indonesia di Perhelatan Winter Games International Kazan

Jika dibandingkan dengan panahan, sebenarnya Yogi lebih menyukai olahraga yang dinamis seperti voli, sepak bola, basket dan bulu tangkis. Tapi menurut Yogi, panahan memberikan kesan dan nuansa yang berbeda dibanding olahraga lain. Saat Ini Yogi juga sedang berkecimpung di organisasi Muslim Archery School sebagai anggota, selain itu sebelumnya juga sempat bergabung  Psychology English Center (PEC)  di Fakultas Psikologi. Kendati kegiatan Panahan mempengaruhi waktu kuliahnya, namun hal ini tidak sampai mengganggu. Bagi Yogi, ini memang sudah menjadi risiko dan keharusan atlet untuk mengatur waktu dengan baik.

Meskipun berprestasi, ternyata tidak banyak yang tahu Yogi adalah atlet panahan, ini lantaran Yogi memang jarang bercerita soal profesinya ini. “Ada beberapa dosen fakultas yang tau, terutama dosen pembimbing dan dosen PPL karena sempat cerita. Selain itu, sepertinya infonya juga minim, karena abang jarang ngasih tau kalau abang atlet,” tutur Mahasiswa Psikologi ini.

Ke depannya Yogi berharap setidaknya ada wadah bagi para atlet dan mahasiswa yang berprestasi di bidang non-akademis untuk menuangkan prestasi mereka. Yogi juga meminta kepada pihak kampus agar masalah administrasi seperti kehadiran dan penugasan lebih dipermudah perizinannya. “Kami tidak melupakan kehadiran dan tugas, hanya saja waktunya yang bentrok,” katanya.

Impian terbesar Yogi adalah ia ingin menerapkan ilmu psikologi di panahan yang digelutinya saat ini, minimal kepada orang-orang terdekat. “Kita sangat butuh pendekatan psikologis, terutama ketika bertanding, tapi hal tersebut gak bisa dibebankan ke pelatih semua,” tutupnya.

Reporter: Septi Khairani Fitri
Editor: Hendrik Khoirul Muhid
Sumber foto: Dok. Yogi Pratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.