Dampak Covid-19 Terhadap Kos-kosan di Sekitar UIN Suska

Penulis: Lydia Latifah

Gagasanonline.com – Pandemi virus corona banyak mempengaruhi berbagai sektor usaha, termasuk bisnis kos-kosan. Tentunya membuat pengusaha kos menjadi kalang kabut memikirkan cara agar bisnis yang dijalankan dapat bertahan di tengah goncangan pandemi.

Hingga saat ini, pandemi Covid-19 telah berlangsung selama lebih dari 1 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, seluruh perguruan tinggi dan sekolah menerapkan study from home, sehingga bangunan kos juga sepi ditinggalkan oleh para penghuninya.

Dampak tersebut juga dirasakan Asniwati, pemilik Kos F3 yang beralamat di Jalan Satria Garuda Sakti Km.1, di mana saat ini keadaan kos-kosannya sepi karena banyak mahasiswa yang pulang kampung dan belajar online.
“Pendapatan jauh merosotnya, karna jumlah mahasiswa yang sewa kos hanya sedikit,” ujarnya. Senin (28/06/2021).

Baca Juga: UIN Suska Riau Tempati Posisi Ke–8 Pada Ajang PKM II PTKIN se-Sumatera

Ia mengatakan banyak mahasiswa yang pulang kampung karena belajar online. Untuk saat ini penghuni kosannya didominasi oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berjumlah 10 orang. Sedangkan jumlah seluruh kamar ada sebanyak 39, sehingga pendapatan selama masa pendemi ini sangat menurun.

“Potongan harga sewa kos dulu saya lakukan awal Covid-19, dari bulan April sampai akhir bulan Desember 2020 sebesar Rp. 200 ribu dan ditambah digratiskannya sewa kos selama 1 bulan,” ungkapnya.

Baru tahun 2021 harga sewa kamar kos dibayar penuh seperti biasanya. Fasilitas yang disediakan adalah lemari, kasur, kipas dan dispenser. Sewa satu kamar kos lengkap dengan fasilitas Rp.600 ribu perbulan dan untuk sewa satu kamar tidak menggunakan fasilitas Rp.500 ribu perbulan.

Asniwati menambahkan jika persaingan harga sesama usaha bisnis kos tentunya ada. Maka dari itu strategi pemasaran ataupun mempromosikan kos di tengah pendemi dilakukan hanya secara online, seperti mengambil foto-foto kos dan diunggah di media sosial.

Febriva pemilik Kos Diva di Jalan Buluh Cina mengungkapkan jika keadaan kos-kosannya sunyi, dan tidak ada anak kos yang masuk sehingga pendapatannya juga menurun.

Baca Juga: Program KKN Kebangsaan, Bersama dan Serumpun Melayu UIN Suska Akan Diadakan Secara Offline

Ia mengatakan jumlah kamar ada sebanyak 35 dan yang menempati hanya ada 3 kamar. Fasilitas kamar kos yang disediakan adalah wifi, lemari, kasur dan dapur dengan biaya satu kamar kos Rp.600 ribu perbulan.

Ia menambahkan jika pengurangan harga dilakukan dengan memotong harga sebesar Rp.50 ribu atau jika penyewa kamar kos sudah datang dan menempati kos saja. Walau ada barang mereka yang tertinggal di kamar kos di bulan-bulan yang lalu tidak perlu.

“Saya juga kalau keadaan sekarang ini tidak bisa juga harus maksain harus bayar karena anak-anak kos itu belum tentu semuanya dari keluarga berada jadi semuanya itu kenak dampak covid-19,” ungkapnya.

Febriva berkata di luar 3 orang yang menempati kos tersebut, kos sudah penuh dipesan pada bulan Desember tahun lalu.

“Kosnya sudah full dipesan dari bulan Desember tahun 2020, tapi tidak ada yang masuk, karena waktu bulan Desember tahun 2020 itu ada kabar kalau masuk kuliah tatap muka mulai bulan Maret, jadi sudah banyak yang pesan dan ternyata rupanya tidak jadi” tambahnya.

Ia menuturkan solusi dari usaha kos ini mungkin akan teratasi jika mahasiswa masuk kuliah lagi.

 

Reporter: Lydia Latifah
Editor     : Wilda Hasanah
Foto        : Freepik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.