Penulis; Dicky Kurniawan**
Gagasanonline.com – UIN Suska Riau kerap sekali dibahas pada platform media sosial. Baik itu dari masalah kurangnya fasilitas, dugaan pejabat korupsi, serta video asusila yang diduga mahasiswi UIN Suska Riau.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Senat Mahasiswa (Sema) Universitas Ferdi Gusman Hidayat mengatakan jika konten dalam bentuk kritik seperti fasilitas atau pejabat korupsi merupakan bentuk penyampaian aspirasi. Tidak hanya itu, hal ini menjadi bentuk kekesalan para akademisi terhadap tindakan kampus yang dinilai tidak mengambil sikap tegas terhadap kondisi saat ini. Sedangkan terkait vidio asusila mahasiswi Ferdi merasa terkejut.
“Saya juga terkejut akan berita ini, tapi menurut saya jika tidak ada bukti bahwa itu mahasiswa UIN berarti ia hanya mencari views atau panggung,” ucapnya saat diwawancarai via WhatsApp, Minggu (13/06/2023).
Baca: UKK/UKM Keluhkan Kurangnya Minat Mahasiswa Dalam Berorganisasi
Sementara itu, Sekjend Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Universitas Tandi Nawang Nokus menanggapi jika UIN Suska saat ini layak untuk viral di media sosial. Karena dengan viral menjadi bukti kurangnya fasilitas dan dugaan korupsi. Ini dibenarkan dengan adanya kebijakan pimpinan yang tidak rasional.
“Ketika memang tidak sesuai lagi, udah tertutup komunikasi secara idealnya yaudah lebih bagus sekalian media” jelasnya.
Nadia Rahmadani anggota Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) UIN Suska juga ikut menanggapi kemungkinan mahasiswa tidak berani protes akan kebijakan yang ada. “Cuma kita kan sudah ada di lingkup universitas, jadi ketika speak up tunjukkanlah kalau kita orang terpelajar,” ujarnya.
Senada dengan Nadia, Ketua Dema-Psikologi Muhammad Adjie Al-Farisi berharap kritik yang disampaikan Mahasiswa sesuai dengan data. “Sosial media ini bukan hanya mahasiswa UIN Suska sendiri yang melihat, tetapi seluruh masyarakat dunia mungkin akan melihat fenomena-fenomena yang ada di UIN Suska,” tutupnya.
Reporter: Dicky Kurniawan**
Editor: Windi Astuti
Foto: Dok. Tik-Tok