Mengenal Tabuik, Tradisi Masyarakat Minangkabau yang Memadukan Agama dan Budaya

Penulis: Dicky Kurniawan**

Gagasanonline.com – Festival Tabuik salah satu perayaan unik yang diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 1-10 muharram di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Tabuik merupakan tradisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman untuk memperingati meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW yaitu Hasan dan Husein di Padang Karbala.

Dulunya, Tabuik merupakan acara rakyat masyarakat Pariaman. Kemudian pada tahun 1970- an, Tabuik diangkat menjadi festival budaya oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman saat itu, agar bisa mendatangkan wisatawan ke Pariaman. Saat ini Tabuik di Pariaman telah menjadi festival budaya yang banyak menarik wisatawan, tidak hanya lokal tapi juga mancanegara.

Sebelum pelaksanaan festival, Tabuik akan dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni warga daerah pasar dan subarang. Kedua tempat ini dipisahkan oleh sungai yang membelah kota pariaman. Tabuik dibuat dari dua bagian, yakni bagian atas berbentuk keranda sedangkan bagian bawah berbentuk kuda yang memiliki sayap berkepala manusia.

Saat hari perayaannya, Tabuik akan dibuang ke laut sebagai simbol kembalinya roh Imam Husein. Sebelum dibuang, Tabuik tersebut akan diarak keliling nagari atau keliling kampung oleh Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Arak-arakan ini akan berhenti di Pantai Gondoriah karena disanalah tabuik akan dibuang. Saat Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dibuang ke laut, terjadi perebutan oleh warga sekitar. Warga berebut mengambil potong-potongan Tabuik untuk dibawa pulang. Penyelenggaraan Festival Tabuik disisipi dengan rangkaian acara lainnya, seperti lomba pagelaran seni, lomba tari Indang kreasi, lomban nyanyi dangdut atau melayu.

Tabuik merupakan tradisi yang harus tetap dijaga kelestariannya. Penyelenggaraan Tabuik adalah event tahunan dan pariwisata. Dimana menjadi ajang kumpul dan silaturrahmi oleh warga Pariaman.

Sumber: Jurnal Antropologi, Jurnal Budaya Sumatera Barat dan Pariwisata
Editor: Annisatul Fathonah
Foto: Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.