Belum Temukan Titik Terang, Mahasiswa Ushuluddin Kunci Gedung Belajar

Penulis: Ristiara Putri Hariati**
 
Gagasanonline.com-Dua minggu berlalu namun usut dugaan penganiayaan yang dilakukan WD III, Ridwan Hasbi, terhadap salah satu Mahasiswa Ushuluddin, masih belum menemukan titik terang. Gedung Belajar Ushuluddin ditutup sejak Jumat (17/6/2022) sebagai bentuk protes Mahasiswa Ushuluddin atas kejadian ini.
 
Ketua Dema Ushuluddin, M. Athla Aditya, menyatakan, mereka menunggu keputusan yang dijanjikan oleh Dekan Ushuluddin, Jamaluddin. Bahkan penutupan Gedung belajar tersebut sampai waktu yang tidak ditentukan.
 
“Sampai waktu yang tidak ditentukan,” tegasnya, ketika diwawancarai melalui panggilan WhatsApp, Sabtu (18/6/2022).
 
Padahal Dekan Ushuluddin mengetahui hal tersebut, akan tetapi Jamaluddin tidak banyak berkomentar. Jamaluddin tidak ingin memberikan paksaan terhadap mahasiswa yang telah melakukan penguncian gedung belajar.
 
 
“Saya jumpa dengan dekan di gedung rektor hari Jumat, sempat duduk dan berbincang-bincang juga dan beliau tahu bagaimana kondisi gedung belajar, dan beliau tidak ada banyak komentar tentang itu,” ungkap Athla.
 

Akibat ketidakjelasan putusan pejabat kampus atas tuntutan yang disuarakan mahasiswa pada Selasa (7/6/2022) lalu. Menyebabkan para Mahasiswa Ushuluddin memperjuangkan tuntutannya dengan mengunci gedung belajar.

“Faktanya bukan demikian, inilah buahnya,” kata Athla.

Dari penjelasan Athla, kini Jamaluddin tidak lagi mengumbar janji, hanya meyakinkan melalui dialektika untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya.
 
“Dan kita tidak tahu secepatnya itu kapan, karena secepatnya itu bisa berbulan-bulan,” tutur Athla.
 
Penutupan gedung belajar yang tidak diberi target kapan akan dibuka kembali, merupakan keputusan yang tidak sembarangan. Athla menerangkan, mereka sudah memikirkan banyak pertimbangan dan tidak main-main akan hal tersebut.
Sedangkan mahasiswa yang beraktivitas di gedung belajar diharapkan dapat mencari alternatif lain untuk pembelajaran.
 
“Saya mengerti, mereka membayar juga butuh pembelajaran, kita paham. Makanya itu kita tidak sembarang kunci dan kita paham kondisi,” jelasnya.
 
Athla berharap, masalah ini bisa sesegera mungkin terselesaikan tanpa ada tekanan dan hal lain yang keluar dari konteks masalah ini.
 
Reporter: Annisatul Fatanah
Editor: Lia Resti Andani
Gambar: dok. Gagasan/Ristiara Putri Hariati**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.