Sepasang Kaos Kaki Hitam (SK2H)

Penulis: Delfi Ana Harahap**

Judul : Sepasang Kaos Kaki Hitam (SK2H)
Penulis : Ariadi Ginting
Penerbit : Elexmedia Media Komputindo
Hal : 248
Tahun Cetak : Cetakan pertama, 2017.
ISBN : 9786020436364

gagasanonline.com – Sepasang Kaos Kaki Hitam merupakan novel yang diangkat dari thread pengguna Kaskus dengan user @pujangga.lama. Pemilik akun tersebut merupakan Ariadi Ginting, thread yang ditulisnya sempat menggemparkan forum Kaskus, yang merupakan salah satu forum diskusi dalam jaringan terbesar di Indonesia. Thread SK2H pertama kali ditulis Ariadi pada tahun 2010 dan tamat di tahun 2011, di mana mulai banyak tawaran dari penerbit mayor dan minor untuk mencetak novel ini. Dengan alasan tidak ingin mengkomersilkan tulisannya dan hanya ingin berbagi cerita, Ariadi menolak semua tawaran pencetakan novelnya.

Pada tahun 2012 Ariadi kembali menulis ulang cerita SK2H akibat adanya perubahan domain besar-besaran pada Kaskus, yang mengakibatkan semua postingan terdahulu akan terhapus. Ariadi menulis ulang SK2H dalam bentuk pdf untuk diunduh pembaca secara gratis. Di tahun 2013 cerita SK2H benar-benar booming, di mana banyak penerbit yang kembali ingin mencetaknya, juga pembaca yang semakin ingin tahu kehidupan asli tokoh dalam cerita SK2H. Hal ini menjadikan Ariadi vakum selama tiga tahun dari forum Kaskus dan sosial media. Barulah pada tahun 2017 novel SK2H resmi diliris dalam bentuk cetak agar hak cipta tetap atas nama Ariadi Ginting. Karena selama vakumnya Ariadi telah banyak oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang menyelewengkan tulisannya.

Sepasang Kaos Kaki Hitam menceritakan tentang persahabatan, percintaan dan motivasi antara Ari dengan Mevally. Berlatarkan sebuah kost di Karawang, Jawa Barat. Novel ini menjadi sangat menarik karena latar belakang sosok Meva yang kelam, dan upayanya sembuh dari penyakit suka menyakiti diri sendiri (self-injury) dengan bantuan Ari. Perbedaan agama di antara Ari dan Meva juga cukup menarik perhatian. Akhir cerita yang tidak sesuai ekspetasi pembaca menjadikan novel ini cukup melekat di hati pembacanya. Setelah bertahun-tahun Ari tidak sanggup mengungkapkan perasaannya pada Meva, hingga mereka berpisah dan dipertemukan lagi ketika keduanya telah menikah dan mempunyai anak.

Cerita dimulai ketika Ari merantau untuk bekerja dari Kalimantan ke Karawang. Ia menempati sebuah petak kamar kos di daerah Karawang. Ia kerap kali melihat wanita berambut panjang dan berkaos kaki hitam duduk di depan pintu sebelah kamarnya. Wanita itu membuat Ari penasaran, membuatnya mendatangi Indra yang bertempat di sebelah kamarnya juga. Namun Indra mengatakan tidak pernah ada wanita tinggal di sana, karena kamar itu sudah lama kosong. Hingga pada suatu ketika Ari dan Indra mendapati darah mengalir dari bawah pintu kamar kosong itu, setelah menjungkil jendela mereka menemukan sesosok wanita telah bersimbah darah di dalam kamar mandi kecil kamar itu, kakinya penuh dengan sayatan yang mengerikan. Kamar wanita itu sangat remang dan kotor dengan bercak darah di mana-mana, serta bau anyar yang sangat menyengat. Ketika Dokter didatangkan, ia menjelaskan Meva mengindap penyakit self-injury, di mana dorongan untuk menyakiti diri sendiri ketika dalam keadaan depresi tingkat tinggi.

Semenjak Ari dan Indra menolong Meva, wanita itu mulai terbuka kepada mereka berdua, khususnya terhadap Ari. Meva bercerita, ia selalu mengenakan kaos kaki hitam panjang untuk menutupi luka-luka di kakinya akibat sayatan-sayatan yang dilakukannya ketika banyak pikiran.

Meva menyakiti dirinya sendiri semenjak berhasil kabur dari ayah kandungnya yang merupakan pria kebangsaan asing. Ayahnya seorang penganut Kristen sesat, istrinya boleh disetubuhi sesama jemaat sekte sesat tersebut. Jadilah ia sering melihat ibunya di perkosa dan disiksa secara bergantian. Suatu ketika Meva dan ibunya berhasil melarikan diri karena ibunya tidak rela ketika Meva akan diperkosa ramai-ramai pula.

Ketika pulang ke Padang, keluarga neneknya menolak kehadiran Meva dan ibunya. Karena dulunya ibu Meva menikah tanpa restu. Akibat tidak tega neneknya memberikan rumah peninggalan untuk ditempati oleh Meva dan ibunya di kota berbeda. Akibat banyak tekanan ibunya mulai menjadi gila, ketika itulah neneknya mulai tinggal bersama mereka. Ibunya gila selama bertahun-tahun. Meva pindah ke Karawang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun ia tidak mempunyai teman dan perkuliahannya terbengkalai.

“Saat kami disakiti, Tuhan diam. Bukan karena nggak perduli, tapi dia ingin melihat kami kuat,” ucap Meva kala itu.

Semakin lama kedekatan Ari dengan Meva menimbulkan perasaan-perasaan lebih dari sahabat. Seringnya Ari memotivasi Meva menggunakan perumpamaan-perumpamaan sesuatu hal menjadikan motivasi itu melekat di hati Meva. Ketika ibu Meva meninggal, Meva kembali menyakiti dirinya sendiri. Di sinilah Ari kembali memberikan dorongan pada Meva, begitu pula ketika ibu Ari meninggal, yang membuat Ari tenggelam di dunia gelap. Meva memberikan dorongan agar Ari kembali bersemangat menjalani kehidupan, dan tidak mabuk-mabukan.

Ketika Ari tidak bisa lagi membendung perasaannya pada Meva, ia memutuskan mempacari teman kantornya karena tidak sanggup mengungkapkan perasaannya pada Meva. Menjadikan hubungannya dengan Meva sedikit merenggang, karena Meva pun sebenarnya menyukai Ari. Ketika Ari akan di pindah tugaskan ke Jepang, ia memilih tetap berada di Karawang agar tetap bersama Meva.
Tanpa terduga kekasih Ari meninggal dunia akibat kecelakaan, membuatnya terpukul hebat walaupun perasaan cintanya tidak sedalam cintanya kepada Meva. Ketika itulah peran Meva dan Indra berhasil mengembalikan Ari ke kehidupan semula.

Cerita berakhir ketika Meva berhasil wisuda dan memutuskan pindah dari kota Karawang untuk mengejar cita-citanya. Semenjak Meva pindah, ada hal yang hilang dari diri Ari. Dia sering mengutuki dirinya akibat tidak bisa menggungkapkan perasaannya. Ari menjadi lebih pendiam dan pemurung.

Hingga suatu hari Tuhan kembali mempertemukan Meva dan Ari di salah satu kantor Stasiun Televisi swasta setelah bertahun-tahun berpisah. Keduanya saling berpelukan menumpahkan kesedihan dan kerinduaan. Keduanya telah berkeluarga dan memutuskan untuk tidak mengungkit perasaan di masa lalu, agar tidak menyakiti masing-masing pasangannya.

Kelebihan buku :
1. Kegigihan seorang Meva untuk sembuh dari segala depresi dan penyakit self-injury, sangat memotivasi kita agar tidak mudah putus asa dan selalu sabar.
2. Novel ini pun sangat ringan untuk dibaca, karena tidak menggunakan diksi, alur ceritanya mudah diikuti. Sehingga layak untuk dibaca remaja 15 tahun keatas.
3. Penulis pandai memainkan perasaan pembaca dalam novel ini, saya sendiri sangat emosional ketika membacanya.

Kekurangan :
1. Beberapa diaolog tidak disebutkan siapa yang sedang berbicara, sehingga membuat bingung beberapa pembaca.

Foto: Gagasan/Delfi Ana Harahap**
Editor: Adrial Ridwan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.