[Resensi Film] Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck: Cinta Tak Harus Memiliki.

Penulis: Maya Raisya Alwa

Judul Film: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Tahun rilis: 2013
Sutradara: Sunil Soraya
Pemeran: Herjunot Ali (Engku Zainudin), Pevita Pearce (Hayati), Reza Rahadian (aziz), Randy Nidji (Bang Muluk), Arzetti Bilbina, Kevin Andrean, Mikaila Patritz, Jajang C. Noer, Niniek L. Karim, Musra Dahrizal Katik, Rajo Mangkutoi, Gesya Shandy
Produksi: Soraya Intercine Films

Film ini diangkat dari novel yang ditulis oleh Buya Hamka, dan menjadi film fenomenal sepanjang masa. Film ini berlatar pada tahun 1930-an, yang mana saat itu Zainudin belayar dari Makassar, tanah kelahirannya menuju ke Batipuh, Padang Panjang, kampung halaman ayahnya. Di Batipuh, Zainudin bertemu gadis cantik bersuku dan bernama Hayati, keduanya saling jatuh cinta. Namun, apalah daya cinta mereka tak mendapat restu sebab Zainudin bukan keturunan minang tulen dan hidup dalam kemelaratan. Akankah kisah cinta keduanya akan tersampaikan?

Film bergenre romance ini merupakan film terlaris 2013 dan kembali diputar versi extendednya pada tahun 2014. Zainudin seorang pria yang bukan keturunan minang tulen dan orang melarat, di Batipuh ia tinggal dengan keluarga ayahnya. Zainudin yang tidak mendapat restu dari kelurga sang gadis bersuku , dan sangat terpukul ketika mendapatkan kabar bahwa gadis tersebut telah dijodohkan dengan lelaki minang tulen dan hidup berkecukupan. Zainudin sempat berputus asa, namun karena dorongan dari temannya ia mampu bangkit dari keterpurukan dan hidup kembali dengan semangat. Zainudin pun terkenal dengan berbagai tulisannya dan disukai banyak pembaca. Ia juga memiliki penerbitan buku-buku dan sangat mahsyur hidupnya.


Namun gadis bersuku yang sangat ia cintai dahulunya datang kembali ke hidupnya. Zainudin mengeluarkan kiasan “pantang pisang berbuah dua kali” yang berarti dia tidak akan menikahi gadis yang sangat ia cintai itu, sebab sudah mengingkari janjinya untuk hidup bersama dan memilih lelaki lain yang lebih terpandang. Zainudin pun memulangkan Hayati ke Batipuh dengan Kapal Van Der Wijck, ditengah perjalanan kapal tersebut tenggelam, dan Zainudin pun mengetahui bahwa Hayati masih mencintainya. Namun apalah daya takdir Zainudin dan Hayati tidak dapat bersatu, Hayati pun tak terselamatkan dan itulah akhir petemuan mereka. Sejak saat itu zainudin menjadi perenung dan meninggal dunia karena sakit dan ia dikubur bersebelahan dengan pusara Hayati.

Film ini mengajarkan nilai pendidikan, sosial bahwasanya status sosial sering diukur dari harta dan jabatan, namun kebahagiaan yang diukur dari perspektif materi tidak selamanya akan berakhir bahagia. Serta keteguhan hati dan semangat berkarya membuka jalan untuk meraih kesuksesan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan, cinta tak selamanya harus memiliki. Bisa saja dengan cinta membuat lebih bersemangat dalam menjalankan kehidupan.


Jangan mudah untuk berputus asa dan kesetiaan, kejujuran, serta kebenaran akan senantiasa diuji agar tetap kuat dalam menghadapi cobaan yang diluar ekspektasi.

Editor: Alhamda Putri

Foto: Wikipedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.