Seonggok Cerita di Balik Kemah Literasi Jaga Bahasa

Penulis: Ashila Razani

Gagasanonline.com – Sekitar pukul 14.00 WIB ketika matahari berada dipuncak, aku memasuki perkarangan Bumi Perkemahan Pusdiklat yang terletak di Rumbai Pesisir untuk mengikuti kegiatan perkemahan literasi jaga bahasa. Saat itu bumi perkemahan sudah dipenuhi oleh tenda-tenda yang berdiri berjejer. Kegiatan ini ditaja oleh Balai Bahasa Pekanbaru bersama Duta Bahasa Provinsi Riau dan berlangsung selama empat hari, dari 4 Juli hingga 7 Juli 2022. Perkemahan literasi yang menyungsung tema “Bahasa Terbilang Bangsa Gemilang” ini diikuti oleh 100 peserta yang berasal dari berbagai elemen, diantaranya Komunitas Literasi, Perwakilan Universitas, Siswa-siswi, Duta bahasa, Duta lingkungan, dan lain sebagainya.

Proses registrasi peserta berlangsung dari pukul 14.00 hingga 15.30 WIB yang kemudian dilanjutkan dengan salat ashar berjamaah. Hingga menjelang maghrib, peserta diberikan waktu istirahat guna pengenalan lingkungan kemah dan dilanjutkan dengan salat maghrib berjamaah.

Tepat setelah salat maghrib berjamaah, kami dikumpulkan di tengah bumi perkemahan dan baris sesuai urutan tenda yang telah ditentukan ketika proses registrasi. Di tendaku berisikan 3 orang, pertama ada Ily yang merupakan perwakilan dari Duta Bahasa Riau, yang kedua Esa yang berasal dari SMAN 7 Pekanbaru, dan terakhir adalah aku. Setelah itu, perwakilan dari tenda kami maju untuk mengambil makan malam. Kami diberikan waktu 15 menit untuk menghabiskan makan malam karena kegiatan selanjutnya akan segera dimulai.

Sekitar pukul 19.30, acara pembukaan dimulai. Diawali dengan kata sambutan dari Ketua Pelaksana Raja Saleh dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Toha Machsum. Terakhir kegiatan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau dan diakhiri dengan pemakaian tanda peserta secara simbolis oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Sekurangnya acara pembukaan berlangsung selama 2 jam.

Kegiatan selanjutnya adalah pembagian kelompok. Peserta kegiatan kemah literasi jaga bahasa dibagi kedalam 10 kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 8 sampai 10 orang. Nama peserta di panggil satu persatu oleh panitia. Pada saat panitia membacakan anggota kelompok 6, namaku terpanggil. Ternyata aku satu kelompok dengan teman-teman satu tendaku, Ily dan Esa. Kelompok kami berisikan 8 orang, 4 orang perempuan dan 4 orang laki-laki. Setelah itu, kami pun berkumpul untuk saling berkenalan dan menentukan ketua kelompok. Setelah berdiskusi, kami memilih Farezky yang berasal dari SMAN 7 Pekanbaru sebagai ketua kelompok. Malam semakin larut, sekitar pukul 23.00 seluruh peserta diperintahkan kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat.

Keesokan harinya, sekitar pukul 4.30 panitia mulai membunyikan sirine untuk membangunkan para peserta. Sebelum sirine dibunyikan, para peserta sudah banyak yang bangun dan bersiap salat subuh. Bumi perkemahan pagi itu terasa ramai, para peserta berbondong-bondong pergi ke kamar mandi yang terletak di bagian bawah bumi perkemahan, tidak terlalu jauh dari tenda, hanya berjarak sekitar 100 meter. Beberapa saat kemudian dilaksanakan salat subuh berjamaah di aula bumi perkemahan. Setelah salat subuh berjamaah dilanjutkan dengan kultum yang disampaikan oleh salah satu peserta.

Setelah menunaikan ibadah salat subuh, kami melanjutkan aktivitas dengan berolahraga. Ditemani udara pagi yang sejuk, kami berolahraga selama kurang lebih satu jam. Setelah itu diberikan waktu satu jam untuk mandi dan bersiap-siap kemudian kami berkumpul kembali di aula dan duduk sesuai kelompok. Satu persatu kelompok dipanggil untuk mengambil sarapan. Menu sarapan pada pagi itu adalah lontong sayur. Kami berkumpul dan menyantap sarapan dengan lahap bersama dengan peserta dari kelompok lain.

Setelah sarapan, seluruh peserta diberikan pembekalan materi sebelum turun ke lapangan. Kami diperintahkan untuk mencari kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di titik yang telah ditentukan. Peserta yang terdiri dari 10 kelompok diturunkan di 10 titik yang berbeda dan kelompokku mendapatkan titik di Jalan Paus. Pada saat itu, materi yang diberikan saat pembekalan mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dasar hukum bahasa Indonesia dan penggunaan kata baku.

Setelah pembekalan materi, kami bergegas menuju lokasi yang telah ditentukan dengan menggunakan Angkutan Kota (Angkot) yang telah disediakan oleh panitia. Tidak membutuhkan waktu yang lama, kira-kira menempuh pejalanan selama 5 menit kami pun sampai di Jalan Paus. Tidak membuang waktu, sesampainya dilokasi kami langsung menyusuri jalanan dan mencari penggunaan bahasa yang salah.

Selama kurang-lebih 40 menit, kami menemukan banyak kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada tulisan-tulisan yang terdapat di sepanjang jalan tersebut. Adapun beberapa kesalahan yang kami temui adalah tulisan “push” yang ukurannya lebih besar dibandingkan kata “dorong” di pintu masuk sebuah kantor. Hal ini dianggap salah karena tidak mengutamakan bahasa Indonesia. Seharusnya ukuran kata dorong lebih besar dibandingkan kata push. Selanjutnya kata “cellullar” yang terpampang disebuah gerai, sementara penggunaan kata yang benar adalah “celluler”.

Ketika pencarian data tersebut, kami mendapatkan pengetahuan baru. Kami menemukan kata keik di depan sebuah toko kue. Awalnya kami mengira kata tersebut salah karena mengubah kata cake ke dalam bahasa Indonesia. Namun, setelah mencari tahu lebih dalam dan melihat di KBBI ternyata kata keik terdaftar sebagai kata yang baku dan memiliki arti penganan yang biasanya terbuat dari adonan terigu, telur, gula, mentega dan sebagainya, dipanggang atau dikukus dalam loyang. Tidak hanya itu, banyak yang menganggap bahwa barber itu adalah salah satu kata berbahasa Inggris. Namun faktanya barber juga terdaftar di KBBI dan memiliki arti tukang cukur atau pemangkas rambut.

Tidak terasa telah 40 menit waktu berlalu. Menempuh jarak satu kilometer lebih ternyata tidak membuat kami lelah, mungkin karena kami menikmati perjalanan tersebut. Hampir tiba di penghujung Jalan Paus, kami beristirahat terlebih dahulu di salah satu warung yang terdapat di bahu kiri jalan. Disana kami mulai berdiskusi mengenai banyak hal. Waktu pengumpulan data ini hanya dibatasi selama satu jam. Kami memulai perjalanan pada pukul 14.00 WIB dan ketika mendekati pukul 15.00 WIB, kami menelepon sopir angkot yang mengantar kami. Setelah 10 menit usai ditelepon, sopir tersebut muncul dan kami segera naik untuk kembali ke lokasi perkemahan.

Setibanya di bumi perkemahan kami mulai mengolah data yang telah didapatkan karena akan dipresentasikan keesokan harinya. Kami duduk melingkar di atas rumput beralaskan matras. Sembari bersiap untuk presentasi, kami juga membuat yel-yel yang akan ditampilkan nantinya. Cuaca yang sejuk dan rerumputan yang terbentang luas membuat kami menikmati aktivitas pada saat itu. Tidak terasa waktu hampir mencapai pukul enam sore. Saat itu panitia menghampiri kami dan menyuruh untuk bergegas bersiap melaksanakan salat maghrib berjamaah.

Masih sama dengan malam sebelumnya, setelah shalat maghrib kami makan malam bersama. Bedanya, pada malam pertama kami makan bersama teman satu tenda, namun malam ini kami makan bersama teman sekelompok. Setelah makan malam, agenda selanjutnya adalah permainan kebahasaan. Malam itu, panitia membagikan selembar kertas yang berisikan benar dan salah kepada seluruh peserta, kami melakukan permainan ranking satu. Sistemnya adalah panitia membacakan sebuah soal yang jawabannya benar atau salah. Pada hitungan ketiga setelah panitia membacakan soal, peserta diwajibkan mengangkat lembaran yang berisikan benar atau salah ke atas kepala sehingga sulit untuk melakukan kecurangan. Pada pertanyaan pertama mulai banyak peserta yang berguguran. Sementara aku gugur pada pertanyaan mengenai tahun provinsi riau menjadi tuan rumah PON. Seingatku jawabannya adalah tahun 2015, namun jawaban yang benar adalah tahun 2012. Permainan tersebut berlangsung sekitar satu jam dan mendapatkan 3 pemenang yang langsung diberikan hadiah pada malam itu juga.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan persiapan malam sastra yang akan ditampilkan pada malam terakhir, yaitu besok malam. Saat itu, kelompokku mendapat bagian penampilan komedi teater dengan nomor urut penampilan yang kesembilan. Konsep dari penampilan kami diawali dengan tarian randai dan setelah itu terdapat dua pemuda yang berasal dari daerah berbeda saling berselisih karena kesalahpahaman akan bahasa yang digunakan. Kemudian diakhiri kembali dengan tarian randai.

Tepat pukul 11 malam, aktivitas kami diberhentikan oleh panitia yang memerintahkan untuk kembali ke tenda karena sudah larut malam. Semua aktivitas peserta yang sedang berlatih langsung terhenti. Hal tersebut merupakan aktivitas terakhir pada malam kedua kemah literasi jaga bahasa.

Editor: Rindi Ariska
Foto: Dokumentasi kemah Literasi Jaga Bahasa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.