Penulis: Hendrik Khoirul
Gagasanonline.com – Beberapa orang mungkin setuju, jika boleh meminta, ingin rasanya tak lekas jadi dewasa, kembali ke masa kanak-kanaknya dan begitu terus selamanya. Setelah melewati jenjang kehidupan remaja yang sangat abu-abu, kita masih harus menghadapi kehidupan seperempat abad. Tak sekadar abu-abu, ini adalah masa-masa terabstrak bagi kehidupan banyak orang.
Usia kanak-kanak adalah masa paling indah fase kehidupan. Boleh setuju, boleh juga tidak. Tapi saya setuju. Saya selalu suka anak-anak, bukan dalam artian saya paedofil. Pola pikir mereka, cara berperilaku, mereka, juga cara mereka menyelesaikan masalah. Anak-anak begitu simpel.
Anak-anak juga begitu sederhana saat menyampaikan perasaan mereka, menangis bila sedih dan tertawa bila senang. Saya? Tertawa saat sedih, dan tertawa juga saat senang. Perasaan anak-anak sangat jujur, bahkan mereka juga jujur bahwa mereka sedang berbohong. Sementara kita, menjadi dewasa berarti menjadi lebih profesional dalam membohongi orang lain, juga membohongi diri.
Banyak sekali nasihat kehidupan yang bisa kita peroleh dari anak-anak. Segalanya masih tentang trial tetapi mereka selalu penasaran. Saat melakukan sesuatu yang baru, mereka tidak tahu bagaimana akan jadinya. Tetapi mereka tetap mencoba. Ini seperti kata pepatah, Lucile Ball pernah bilang, “Lebih baik menyesali hal-hal yang telah kita lakukan, daripada menyesali hal-hal yang tidak kita coba lakukan.”
Anak-anak juga sangat logis, ada alasan mengapa mereka bandel, mengapa mereka nakal, dan mengapa mereka sangat egois. Sikap dan sifat ini lahir dari apa yang dia tiru. Bisa jadi dari orang tua, lingkungan, atau bahkan di sekolah. Mereka tak perlu repot-repot berteori, yang mereka lakukan adalah meniru. Mereka akan baik kalau orang di sekitar mereka baik. Jadi, jika ada anak nakal di sekeliling kita, mungkin kita perlu introspeksi diri.
Sangat penting untuk memahami peran meniru teman sebaya dan meniru orang dewasa dalam perkembangan anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir mulai meniru ibunya. Beranjak besar, semakin banyak objek yang bisa mereka tiru. Apa pun itu, tugas mereka adalah melihat dan mencontoh. Kita terkadang menegur anak-anak untuk tak bermain ponsel, sementara kita menegur mereka dengan ponsel tergenggam di tangan.
Apa yang diketahui anak-anak yang tampaknya dilupakan oleh orang dewasa? Anak-anak lebih percaya diri, lebih berani dan menikmati hidup jauh lebih intens daripada orang dewasa. Inilah yang dapat kita pelajari dari diri kita yang lebih muda untuk membawa lebih banyak kejelasan dan kegembiraan ke masa dewasa.
“Bukankah menyenangkan untuk berpikir bahwa besok adalah hari baru tanpa kesalahan di dalamnya?” Kata-kata ini diucapkan oleh L.M. Montgomery. Anak-anak mungkin tak kenal dia, tetapi anak-anak tahu betul makna kata-kata itu. Bagi mereka, hari esok adalah hari baru. Kemarin mereka mungkin melakukan kesalahan, dan hari ini atau bahkan juga besoknya. Tetapi mereka bangun dengan perasaan… Ini hari baru.
Energi positif ini sepertinya bakal menjadi hal yang baik kalau kita mau meniru mereka. Sesekali tidak apa meniru anak-anak, toh mereka juga sering meniru kita. Tidak ada copyright untuk hal ini. Berpikir bahwa setiap hari adalah hari baru memberikan kita perasaan semangat menjalani hidup. Eh, tapi jangan pura-pura lupa sama masalah kalian yang menumpuk, ya! Hari boleh baru, masalah jangan dilupa.
kehidupan masa kanak-kanak juga memberi kita pelajaran penting, terutama buat kita yang merasa terlalu nestapa. Anak-anak adalah praktikus terbaik pesan yang disampaikan Charlie Chaplin, “A day without laughter is a day wasted.” Ya, satu hari tanpa tertawa adalah sebuah hari yang percuma. Kita adalah penipu andal, tetaplah tertawa walau kita tak baik-baik saja, agar hari-hari yang kita lalui tak sia-sia. Thanks kids!
Editor: Annisa Firdausi
Foto: Pixabay