Menulis adalah Menemukan Jati Diri dan Menampilkan Value pada Diri

penulis : Suryani

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika UIN Sumatera Utara (UINSU) sukses gelar seminar kepenulisan nasional dalam tajuk PENA PRESMA 2021, Minggu, (31/10/2021). Tujuan diadakannya seminar yang digelar secara online ini untuk memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan seputar kepenulisan kepada Lembaga Pers Mahasiswa. Turut hadir keluarga besar LPM Dinamika UIN Sumatera Utara, sejumlah peserta dari berbagai Universitas di Indonesia, dan perwakilan dari media partner.

Kegiatan dibuka langsung oleh Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan dan kerja sama Nispul Khoiri. Dalam sambutannya, Nispul mengatakan dalam setahun belakangan, LPM Dinamika menunjukkan progres yang positif.

Baca juga : UIN Suska Riau Jalin Kerja Sama dengan SPS

“Dalam setahun ini, LPM Dinamika menunjukkan progres yang positif. Dengan dilaksanakannya seminar ini, kami berharap dapat meningkatkan branding terhadap UIN Sumatera Utara sehingga semakin dikenal oleh masyarakat luas,” katanya.

Guna memberikan wawasan dan ilmu seputar kepenulisan, LPM Dinamika UIN Sumatera Utara menghadirkan dua narasumber, pertama adalah Indra Sugiarto, merupakan pengusaha, motivator dan content creator yang sukses melahirkan tiga buku motivasi best seller. Selain itu, Indra juga merupakan Pendiri @masukkampus, media yang menjembatani siswa-siswa SMA yang ingin mengenal dan mempersiapkan diri menuju dunia perkuliahan. Sembari aktif sebagai content creator @masukkampus, Indra Sugiarto juga aktif dalam menulis.

“Saya tidak datang dari SMA favorit. Saya introvert sehingga tidak punya banyak teman waktu SMA. Karena tidak punya teman untuk curhat, saya mulai untuk menulis. Kebiasaan ini membuat pikiran saya lapang ketika tidak tau harus bercerita kepada siapa,” ucap Indra.

Ketiga buku best seller milik Indra Sugiarto adalah buku self improvment, Indra mengatakan bahwasanya membangun empati adalah hal terpenting. “Karena buku saya adalah cerita pendek yang penuh rasa. Maka saya perlu mendengar dan membaca curhatan banyak orang untuk membangun empati.” Karena menurut Indra, tulisan yang ia hasilkan tidak ingin egois berdasarkan sudut pandang (point of view) dirinya sendiri saja. Tetapi memuat sudut pandang banyak orang, sehingga dia membutuhkan persepsi orang lain dalam menulis sebuah buku.

Baca juga : Prestasi UIN Suska Riau, Mahasiswa Psikologi Raih Juara Satu Lomba Podcast di Aceh

Narasumber kedua adalah Wirasakti Setyawan. Ia merupakan penulis buku sajak asal Yogjakarta yang sampai kini telah melahirkan tiga karya yang berhasil menyabet gelar best seller di berbagai wilayah Indonesia. Wirasakti merupakan seorang lulusan Teknik Industri. Ia ingin membantah persepsi bahwa anak teknik hanya mampu berpikir tentang sains saja.

“Saya lulusan Teknik Industri. Saya ingin merubah pendapat orang lain bahwa anak teknik itu cuma bisa tentang sains. Saya ingin membuktikan bahwa anak teknik pun bisa berpikir kreatif dan menghasilkan sebuah karya tulis,” kata Wira.

Menurut Wira, menulis adalah bagaimana menemukan jati diri dan menampilkan value yang ada pada diri kita. “Saya bukan penulis awalnya. Saya suka fotografi. Saya manfaatkan Instagram untuk berbagi foto yang saya ambil. Gaya foto saya pada waktu itu adalah white-minimalism.” Ujar Wira.

Setelah konsisten sebagai photographer minimalis, Wira mulai memikirkan sesuatu yang akan membuatnya berbeda sehingga bisa menjadi nilai jual atau personal branding dirinya sendiri. Akhirnya, dia memutuskan untuk membuat foto yang mampu bercerita.

“Saya berpikir begini, kalau terus dengan fotografi, apa yang membuat saya berbeda. Akhirnya saya memutuskan untuk menulis caption berupa sajak-sajak cinta dalam setiap foto yang saya bagikan” jelas Wira.

Berawal dari konsisten membagikan foto dan caption berisi sajak-sajak cinta, Wira berakhir sebagai penulis buku best seller di Indonesia. Menurutnya, menulis itu membutuhkan karakter tulisan yang membuat karya kita berbeda dari penulis lain. Wira adalah penulis dengan karakter tulisan cinta, sajak, prosa dan puisi. Ketika ditanya mengapa, alasan dia cukup menggelikan. “Sajak, puisi, cinta dan prosa itu mudah untuk dibuat. Dari sudut pandang penerbit, ini yang bernilai jual tinggi”. tuturnya.

Selain berbagi karakter tulisan, dia juga memberikan tips bagaimana menulis sajak cinta yang kuat. Menurutnya, sajak cinta itu berasal dari luka, kegelisahan, imajinasi dan juga musik. Unsur-unsur inilah yang membantunya melahirkan tiga buku sajak yang berhasil menyabet gelar best seller.

“Menulis itu membutuhkan karakter diri, karakter tulisan, nilai yang akan kamu jual, dan bagaimana prosesmu menemukan karakter diri. Nilai inilah yang bisa membawamu kepada penerbit,” tutup Wira.

Reporter : Suryani
Editor : Khumar Mahendra
Foto : Gagasan/Suryani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.