Mengenal Hoarding Disorder, Perilaku Menimbun Barang yang Tak Diperlukan

Penulis: Delfi Ana Harahap  

Gagasanonline.com– Hoarding Disorder (HD), sebagaian dari kita mungkin masih asing dengan istilah tersebut, saya sendiri baru mengenal istilah ini ketika menemukan sebuah utas di timeline twitter. Dalam utas tersebut terdapat beberapa foto memperlihatkan suasana kamar kost yang dipenuhi dengan tumpukan sampah, banyak botol-botol minuman yang telah berlumut dan makanan-makanan sisa yang mulai membusuk dan berjamur, terdapat pula sampah pembalut yang sudah mulai menghitam.

Si pembuat utas memberikan keterangan pada foto tersebut, ”ini kamar kost orang yang tinggal di sebelah kamar gue, orangnya udah kabur gak tau kemana. Gue sama ibu kost kaget banget liat isi kamar dia yang dipenuhi sampah-sampah, padahal setau gue dia orangnya pinter, rapi, kerja di perusahaan ternama juga. Sedikit informasi, ternyata kelainan ini disebut Hoarding Disorder,” tulis pemilik akun. Tapi sebenarnya apa si yang dimaksud HD ini?

Pada 2013 lalu, Assosiasi Psikiater Amerika secara resmi mencantumkan gangguan Hoarding Disorder ke dalam edisi terbaru Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) sebagai gangguan mental serius. Anxiety and Depression Associaton of America mengatakan HD bisa disebut juga gangguan menimbun adalah seseorang yang kesulitan  untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang yang dimilikinya, meskipun barang tersebut tidak lagi berguna. Gangguan ini dapat menyebabkan stres fisik dan mental yang serius. Selanjutnya Healthline mengatakan jika penelitian menunjukkan bahwa HD berkaitan dengan kurangnya kemampuan fungsi eksekutif, kurangnya kemampuan dalam memberikan perhatian, membuat keputusan dan mengkategorikan sesuatu.

Baca: Mahasiswa Tanggapi Perubahan KTM Menjadi E-KTM

Dilansir dari Psychology Today, penderita HD memiliki suatu hubungan aneh dengan benda-benda yang dimilikinya, yakni,

Hubungan sentimental, hubungan ini terjadi ketika seseorang menggunakan suatu barang sebagai suatu symbol atau representasi untuk mempertahakan kenangan tehadap orang maupun waktu dalam hidup mereka.

Hubungan estetika, yakni ketertarikan seseorang untuk memiliki dan menyimpan suatu benda, dan akan merasakan penyesalan jika tidak bisa memiliki (menyimpan) benda tersebut.

Hubungan intrinsik, selalu berpikir jika benda yang disimpan dapat berguna atau digunakan kembali suatu saat nanti, tujuannya untuk menghindari pemborosan. Sehingga tanpa disadari tumpukan barang tak berguna semakin banyak.

Penyebab HD sendiri belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor indikasi yang menyebabkan HD, seperti yang dirilis Healthline, berupa: penderita HD memiliki kerabat yang memiliki gangguan HD. Cedera otak yang memicu kebutuhan untuk menyelamatkan sesuatu, peristiwa kehidupan yang traumatis, gangguan mental seperti depresi atau gangguan obsesif komplusif, kebiasaaan membeli yang tidak terkendali, ketidakmampuan untuk melewatkan item gratis seperti kupon dan brosur.

Untuk mengetahui orang yang mengalami HD ciri-cirinya adalah sebagaimana yang dilansir dari laman Healthline yakni,

1.Ketidakmampuan untuk menyingkirkan harta benda.
2. Stres ekstrim jika diharuskan membuang salah satu barang yang dimiliki.
3. Kecemasan tentang membutuhkan barang di masa depan.
4. Ketidakpastian tentang di mana harus meletakkan barang.
5. Ketidak percayaan pada orang lain yang menyentuh barang yang dimiliki.
6. Tinggal di tempat yang dipenuhi barang berguna maupun tak berguna.
7. Menarik diri dari teman maupun keluarga.

Baca: Kepala P2B: Penghapusan Mata Kuliah Hanya Untuk Level I dan II

Jika kamu mengalami gejala serupa maupun menemukan kerabat yang memiliki gejala HD, ada baiknya segera mencari bantuan dengan mengunjungi Psikologi, dan kamu juga bisa melakukan beberapa cara untuk mendukung orang yang mengidap HD, dengan berhenti mengamodasi atau mendukung perilaku orang yang suka menimbun, mendorong mereka untuk segera mencari bantuan dari professional, dukung tanpa memberikan kritik, diskusikan cara agar ruang mereka lebih aman, sarankan beberapa kegiatan yang dapat berdampak positif  untuk kehidupan mereka.

Referensi:

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/conquer-the-clutter/201911/understandinghoarding-relationships , https://adaa.org/understanding-anxiety/obsessive-compulsive-disorderocd/hoarding-basics , https://www.healthline.com/health/hoarding#outlook

Editor: Wilda Hasanah
Foto:  Pexels.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.