Keutamaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadan

Penulis: Khumar Mahendra**

Gagasanonline.com – Ramadan ialah bulan yang mulia dan penuh keberkahan. Ramadan dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama yakni 10 hari pertama merupakan fase rahmat kasih sayang, yang kedua yaitu fase ampunan dan fase yang ketiga yaitu fase itqun minan nar, pembebasan dari api neraka.

10 hari terakhir Bulan Ramadan merupakan malam dan hari yang dirindui oleh para perindu-perindu kemulian, yang diimami oleh Baginda Nabi Muhammad Saw. Beliau sudah  memberikan  contoh bagaimana memaksimalkan hari spesial 10 hari terakhir ini.

Di antara yang dilakukan adalah menghidupkan bulan  Ramadan, dengan membangunkan keluarganya untuk shalat malam dan mengencangkan gamisnya yakni menghindari tempat tidur dan memisahkan diri dari istri-istrinya.

Disebutkan dalam  kitab Fathul Mu’in, tiga amalan utama yang dilakukan pada 10 hari terakhir Bulan Ramadan, pertama memperbanyak  sedekah, mencukupi kebutuhan keluarga dan berbuat baik pada karib-sahabat dan tetangga, kedua memperbanyak membaca alquran dan ketiga memperbanyak i’tikaf.

Bertepatan pada masa pandemi covid-19 saat ini, tidak menghalangi umat islam untuk beri’tikaf. Menurut pandangan sebagian ulama mazhab syafi’i diperbolehkan beri’tikaf di ruang khusus salat dalam rumah. Hal ini disepadankan adanya prinsip “Jika salat sunah saja yang paling utama dilakukan di rumah, maka i’tikaf  semestinya bisa dilakukan”.

Salah satu kemuliaan 10 hari terakhir Bulan Ramadan yaitu adanya malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan atau setara dengan 83 tahun. Malam Lailatul Qadar biasanya terdapat pada malam-malam ganjil.

Profesor Quraish Shihab dalam buku membumikan al-quran memaknai kata Qadar pada Lailatul Qadar dengan tiga makna yaitu pertama penetapan atau pengaturan, kedua yaitu kemuliaan dan ketika berarti sempit. Sempit ini bermaksud karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi untuk mengatur segala urusan.

Allah menurunkan al-quran, menakdirkan segala urusan hukum, rezeki dan ajal untuk jangka waktu setahun. Malam Lailatul Qadar ditandai dengan situasi langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berangin, tidak ada hujan, bintang tak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas.

Malam Lailatul Qadar lebih baik dari pada malam seribu bulan, siapa yang tidak dapat kebaikannya pada bulan Ramadan maka dia tidak akan mendapatkan bulan yang lain. Allah tidak memberi tahu kapan datangnya malam Lailatul Qadar supaya hambanya rindu mengerjakan ibadah  pada setiap malam karena belum mendapatkannya.

Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa cara untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari hari pertama bulan Ramadan. Jika awal Ramadan jatuh pada hari Ahad  atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.

 

Editor: Hendrik Khoirul
Foto: Internet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.