Tampilan Fisik Bukan Satu-Satunya Bekal dalam Perjalanan Cinta

Penulis: Teguh Arif Ramadhan

Gagasanonline.com– Dalam perjalanan pulang setelah menghadiri perkuliahan yang begitu-gitu saja, saya melihat sepasang manusia berseragam SMP bergoncengan sambil  berpelukan. Duh begitu mesra deh. Sepanjang jalan yang tentunya bukan jalan kenangan, saya memikirkan sesuatu hal, ya mungkin sedikit penting dalam benak kita, eh kita? helloww….!! Loe aja kali.

Tulisan ini saya dedikasikan  bagi para jomblois yang kepanter GElisah GAlau meraNA, yang bingung  wejangan mana yang pas untuk pejuang LuCinta Luna, tips munjur biar gak kalah saing sama bocil yang suka umbar kasih.

Saya menanyakan kepada teman-teman kuliah soal percintaan sebagai formulasi acakadut  dan jawabannya begitu beragam dan menarik untuk diselidiki. Tentunya bukan oleh Conan ya, ya kali anak kecil ikut-ikutan soal cinta-cintaan gini. Jadi menurut mahkluk paling ‘benar’ di Dunya alias Mbak-Mbak yang suka makan tapi pengen kurus, cewe-cewe pemuja skincare yang gak care sama mantan ‘sekali’, punya jawaban yang cukup variatif ada yang maunya tampan nan rupawan, ada yang bilang ga papa ga tampan yang penting mapan, atau yang penting bisa membimbing adek ke surga.

Tentu untuk mendapatkan formulasi acakadut yang munjur perlu keseimbangan, kali ini mari simbangi para fakboi yang ngakunya tidur padahal mau main game, mereka adalah para Mas-Mas yang jarang ganti celana dalam jeans dan kaus kaki, mereka juga mengaku pecinta Mbak Isyana dan Dian Sastro yang hanya bisa jadi khayalan sehari-hari. Ketika ditanya ingin pasangan hidup yang seperti apa, mereka menjawab ingin memiliki perempuan yang cantik, pintar, bisa masak dan kalau bisa tajir. Saya simpulkan, lelaki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang jauh, bahkan hampir sama. Dalam menentukan pasangan, sesuatu yang tampak itu penting. Fisik tetap mendominasi pertimbangan, ya walaupun banyak yang bilang “Cinta itu buta” tapi tidak bisa dibohongi lagi, tampilan luar menjadi hal penunjang dalam perjalanan cinta seseorang. Widiiiihhhhh.

Tapi, tenang-tenang untuk kalian yang merasa tidak ganteng-ganteng atau cantik-cantik amat, dan susah cari pacar.  Kalian bisa datang ke rumah saya membawa ayam kampus  kampung dan kopi hitam (jangan lupa, senjanya sekalian awowkwk), dijamin besok  kalian langsung sadar kalau telah tertipu. Hehehe. Becanda ya. Saya akan bocorkan suatu teori dalam pemilihan pasangan, nah semoga saja ada acara lain bagi kita. Hah kita? Iya kita, bukan kalian aja kok yang jomblo, saya juga, kamu tak sendirian teman, hehe.

Baca: Teruntukmu

Jadi dalam pemilihan pasangan pun ada teorinya loh. Masa iya? Nah baru tau kan, makanya jangan rebahan aja di kamar. Kita terlalu sering meributkan teori bumi bulat atau datar, sampai lupa soal teori percintaan. Jangan lupa, bumi dan kita ada bermula dari Cinta. Asekkkk !!

Menurut DeGenova (Dian Wisnuwardhani dan Sri Fatmawati Mashoedi, 2012:70) ada beberapa teori tentang pemilihan pasangan hidup. Nah soal tampilan luar mungkin menjadi salah satunya, tapi selain itu tentu masih banyak teori yang bisa membantu kita untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menentukan untuk mendapatkan pasangan.

  1. Teori Psikodiamika

Teori ini bilang kalau pengalaman di masa kecil dan latar belakang keluarga memiliki pengaruh terhadap pemilihan pasangan. Teori ini dibangun oleh dua teori yaitu Parent Image Theory dan Ideal Male Theory. Masing-masing teori bilang, kalau seorang pria cenderung memilih pasangan yang mirip dengan ibunya, sedangkan seorang perempuan akan memilih pasangan yang mirip dengan ayahnya. Lalu teori kedua mengatakan kalau seseorang memilih pasangan berdasarkan kriteria yang ia bentuk pada masa kecilnya.

 

  1. The Stimulus-Value-Role Theory

Menurut teori ini orang-orang menjalin suatu hubungan karena adanya suatu stimulus. Wah kira-kira stimulus yang seperti apa ya ? apa iya benar-benar mulus, hehe. Stimulus yang dimaksud itu daya tarik fisik seseorang, setelah si Mas dan si Mba saling terdorong dan mendekat, selanjutnya mereka akan bersama-sama menjalin suatu hubungan.  Setelah menjalin hubungan ditahap awal karena stimulus tadi, keduanya akan mulai saling menilai dan membandingkan sesuatu yang ada pada diri pasangannya, mulai dari agama, jagoan politik, perihal kepribadian hingga pekerjaan dan gaya hidup. Dengan melalui proses saling mengenal itu, selanjutnya mereka akan mulai membandingkan peran satu sama lain dan perasaannya agar hubungan tidak kandas di tengah jalan. Kalau kurang mengenal pasangan bisa-bisa putus dan buat atiii ambyarrrr.

Baca: Aturan Pengumpulan Sertifikat Sebelum Ujian Munaqasah

 

  1. Teori Kebutuhan

Sebagai manusia yang manusia, eh tunggu dulu, emang ada manusia yang tidak manusia? Bodo amat ya. Manusia pada dasarnya memiliki banyak kebutuhan. Nah kebutuhan paling dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis. Apaan tuh? Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia seperti manusia membutuhkan makanan, minuman air dan udara. Kebutuhan seperti itu akan terus muncul dan harus terpenuhi tentunya, agar kita bisa menjalin cinta sampai kakek nenek nanti. So sweat gak tuh, hehe.

Teori ini lebih condong soal menjadi mapan, mungkin solusi terbaik untuk mendapatkan kekasih yang kalian inginkan. Bukan maksudnya cinta dapat dibeli, tapi bertanggung jawab atas diri sendiri dan meningkatkan kualitas diri mungkin lebih tepat untuk dijadikan alat yang menunjang keberhasilan dalam perjalanan cinta ini. Uh She Up!!

  1. Exchange Theory

Menurut teori ini, dalam suatu hubungan dua insan manusia sumber daya seseorang menjadi hal yang penting. Sumber daya yang seperti apa? “Tapi Gue kan secara gak kerja di PLN Mbak”. Tidak dapat dipungkiri guys, sebagian dari kita dihargai karena jabatan dan hal-hal luar biasa yang kita bisa lakukan. Mulai dari kepala desa hingga presiden. (heeemm mungkin opsi  privillage kali ye…). Semakin ke sini semakin dapat kita singkirkan stigma tampan dan cantik

  1. Filter Theory

Seperti namanya, filter yang artinya menyaring. Dalam teori ini biasanya seseorang akan memilih pasangan berdasarkan kedekatan geografis, misalnya teman kerja, teman kuliah atau tetangga. Dimulai dari ketertarikan awal, dari saling lihat-lihatan di Warung Gorengan atau Pecel Lele berlanjut berkenalan hingga sering jalan bareng dan mengobrol.

Makanya jangan heran kalau lagu “Pacar Lima Langkah” sempat hits di tangga musik perdandutan Indonesia apalagi kalau dikoploin, duh Mang tiap detik jadi ingat Doi.

Dan akhir analisis ini  saya sebagai orang yang sok ngasih wejangan saat teman sedang galau, karena saya sendiri adalah jomblog (Ahli perjombloan). Hanya ada satu motivasi yang menguatkan saya bahwa Agnez Mo adalah Filsuf yang mengatakan “Cinta ini kadang-kadang tak ada logika” benar-benar merasuk sukma.

Teori ini jelas kalau dalam pemilihan pasangan memerlukan suatu kriteria yang harus dicukupi. Nah untuk kalian, bisa memikirkan ini ternyata manusia tidak hanya berpatok pada fisik dalam mencari pasangan. Menjaga penampilan ya boleh saja, tapi harus tetap bersyukur dan bangga dengan diri sendiri. Jangan iri dengan fisik orang lain dan berdamai dengan diri mungkin bisa jadi solusi yang baik.

Dan satu lagi yang penting tidak menjadi diri orang lain, (bukan untuk kalian tapi untuk saya, kan saya jomblo juga). Seorang perempuan pernah bilang kepada saya, jadilah diri sendiri yang mempunyai karakter, dengan begitu kau akan diingat dan terlihat beda di antara pria-pria lain. (Mashook yo gaes, bey)

 

Editor: Tika Ayu
Ilustrasi: Tika Ayu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.