Mahasiswa: Label Buku di OPAC Perpus Universitas Tak Sesuai

Penulis: Dinda Mawaddah**, Nur Putri Andani**

Gagasanonline.com – Beberapa Mahasiswa UIN Suska Riau mengaku kesulitan saat akan meminjam buku di Perpustakaan (Perpus) Universitas, pasalnya setelah Perpus Fakultas digabung dengan Perpus Universitas pada Juni 2019 lalu, banyak buku yang tidak terdata dan label buku di Online Public Acces Catalog (OPAC) tidak sesuai dengan yang ada di rak buku. Hal ini diakui Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Arbain, Senin (11/11/2019).

“Untuk penyusunan dan pencarian di OPAC itu saya merasa kesulitan karena ketika kita mencari di OPAC terkadang labelnya tidak sesuai dengan rak bukunya,” ungkap Arbain.

Baca: Tim UIN Suska Lolos Semifinal Football Championship 2019

Senada dengan Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Riska mengaku kesulitan mencari buku di Perpus Universitas, “Terkadang kita mencari buku tentang agama di rak-rak ini, tapi yang ada di situ bukan buku agama yang didapatkan,” kata Riska.

Selain masalah buku yang tak terdata dan tak sesuai di OPAC, mahasiswa juga mengaku bingung saat akan melakukan peminjaman buku secara manual, sehingga banyak yang memilih cara scaning menggunakan barcode di Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Mahasiswa FSH, Muhammad Syamsul Aidy mengatakan masih banyak mahasiswa yang bingung terkait peminjaman buku secara manual.

“Kalau yang manual yang membuat bingung itu di tempat komputernya, apa yang mau ditekan mereka gak tau,” kata Syamsul.

Baca: Mahasiswa Keluhkan Pembagian Almamater Tidak Merata

Alasan banyak mahasiswa memilih melakukan peminjaman buku dengan cara scaning lantaran lebih mudah dan cepat ketimbang cara manual, “Karena kita tinggal scan aja, dan tidak perlu mengantri berlama-lama,” ujar Riska. Hal serupa juga diungkapkan oleh Arbain, menurutnya peminjaman buku secara scaning dapat mempermudah dan menghemat waktu mahasiswa.

Arbain berharap ke depannya kenyamanan dan kelengkapan sarana prasarana serta tatanan dalam Perpus Universitas menjadi lebih baik. “Faktor utama kita susah membaca itu adalah kurangnya kenyamanan, kalau tidak nyaman kondisi ruangan maka terhambat juga pemahaman kita,” tutup Arbain.

Reporter: Dinda Mawaddah**, Nur Putri Andani**
Editor: Hendrik Khoirul
Foto: Gagasan/Nur Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.