HMJ Bicara Soal Pemilihan Ketua Secara Ad Hoc

Penulis: Teguh Arif Ramadhan**

Gagasanonline.com– Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di beberapa fakultas UIN Suska Riau menolak pemilihan ketua HMJ secara ad hoc, di mana pemilihan bukan dilakukan oleh mahasiswa namun secara langsung dipilih oleh rektor. Ketua HMJ Matematika Ishak Hasibuan mengatakan pemilihan secara ad hoc ini pernah dilakukan sosialisasi oleh pihak rektorat, namun itu dilakukan setelah audiensi dengan mahasiswa.

“Dan itu terlambat menurut saya,” kata Ishak. Senin, (21/10/2019).

Ia menyayangkan pemilihan secara ad hoc ini karena persyaratan dari rektor tidak mengindahkan AD/ART organisasi, di mana rektor membolehkan mahasiswa yang belum mengenal dan berorganisasi sebelum menjabat sebagai ketua organisasi. “Siapa pun bisa terpilih, asal sesuai dengan persyaratan rektor,” katanya.  

Ishak  khawatir apabila nanti organisasi dipimpin oleh orang yang tidak dikenal dan tidak mengerti tentang organisasi tersebut. Menurutnya HMJ itu sebuah keluarga yang bisa memenuhi kebutuhan dan menampung suara mahasiswa, khususnya Jurusan Matematika. Kalau yang memimpin mahasiswa pilihan rektor maka akan menuruti keinginan rektor.

”Nanti tidak akan memperhatikan mahasiswa lagi,” tambahnya.

Ishak juga bertanya-tanya soal dirinya sudah menjadi demisioner secara sah atau belum, karena tidak ada dilakukan mubes oleh mahasiswa, yang ada hanya surat mengenai dibukanya pendaftaran untuk anggota baru. “Sayang sekali kalau seperti ini pemilihannya,” katanya. 

“Usul dari saya, ya kembalikan pemilihan seperti sedia kala, pemilihan HMJ secara ad hoc ini mungkin saja bertujuan untuk menghilangkan demokrasi di UIN Suska. Saya berharap mahasiswa yang dipilih rektor agar pintar menimbang dan berpihak kepada mahasiswa yang ia pimpin, walaupun nanti akan terjadi perselisihan pendapat antara rektor dan mahasiswanya,” harapnya.

lain halnya dengan Ketua HMJ Ilmu Hukum M Riski Maulana mengatakan kalau rektor hanya menginginkan mahasiswa-mahasiswa yang mau mengikuti aturannya bukan yang membangkang dan ikut mendemo dirinya, sehingga sekarang dilakukanlah pemilihan secara ad hoc ini. “Lalu di mana demokrasinya? Sedangkan mahasiswa punya hak suara,” ujarnya.

Riski juga mengaku kalau pemilihan Ad Hoc ini belum pernah disosialisasikan. Menurutnya pemilihan Ormawa itu telah diatur dalam SK Dirjen Pendis 4961 Tahun 2016 yang berbunyi pemilihan dilakukan secara musyawarah. “Tapi ini tidak, tiba-tiba kami dapat aturannya saja,” ungkapnya.

Riski mengkhawatirkan akan terjadi perpecahan di jurusannya, karena pemilihan bukan dari hasil musyawarah melainkan dari pilihan rektor yang mahasiswanya belum dikenal oleh mahasiswa-mahasiswa di jurusan. Mahasiwa akan terkejut dan kebanyakan tidak mengenal siapa pimpinan mahasiswa di jurusan, fakultas bahkan universitas. 

“Misalkan saja di Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum ini, kami tidak tahu siapa gubernurnya,” ungkapnya.

Riski berharap agar demokrasi dikembalikan kepada mahasiswa dan pemilihan secara Ad Hoc ini cukup dilakukan di fakultas dan universitas saja.  “Tidak untuk pemilihan di HMJ ini,” harapnya. 

Ketua HMJ Ilmu Komunikasi, Muhammad Khalil mengkhawatirkan demokrasi di UIN Suska akan mati karena adanya pemilihan secara Ad Hoc. Mulai dari pembentukan panitia hingga pemilihan tidak melibatkan mahasiwa sendiri. Ia juga bingung mengapa rektor melakukan pemilihan secara mendadak tanpa sosialisasi.

“Saya tidak tahu apa tujuannya, tetapi ini akan semakin mematikan budaya demokrasi kita,” ujarnya.

Khalil juga menyayangkan jika yang terpilih bukan dari mahasiswa yang sudah berorganisasi sebelumnya. Menurutnya bagaimana bisa mahasiswa dipimpin oleh orang yang visi misinya pun tidak diketahui. “Tiba-tiba saja nanti hasilnya diumumkan ,” tutupnya.

Reporter : Teguh Arif Ramadhan
Editor: Siti Nurlaila Lubis
Foto: Gagasan/Teguh 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.