Komentar Jahat sampai Persebaran Hoaks Bukti Ketidaksopanan Nitizen Indonesia

Penulis: Wilda Hasanah

Gagasanonline.com- Microsoft membagikan survei tahunan berjudul Digital Civility Index (DCI) pada 26 Februari 2021. Pengguna internet atau netizen Indonesia mendapat predikat paling tidak sopan se-Asia Tenggara dengan berada di urutan ke-29 dari 32 negara. Survei dilakukan pada 16 ribu lebih responden dari kalangan remaja dan dewasa, hasilnya korban atau pelaku didominasi orang dewasa sebanyak 83% dan remaja 68%, di mana jika dipikirkan seharusnya orang dewasa lebih bijaksana dalam bersosial media ketimbang remaja yang dianggap belum matang.

Indonesia mendapatkan skor 76, semakin tinggi skor yang didapatkan semakin rendah pula tingkat kesopanannya. Di Asia Tenggara, Singapura berada di urutan pertama sebagai yang paling sopan dengan skor 59 dan secara global Belanda menempati posisi pertama dengan skor 51. Microsoft menyampaikan paparan risiko di dunia maya terus tumbuh, seperti maraknya hoaks, penipuan dan ujaran kebencian, namun tingkat dikriminasi mengalami penurunan.

Serang akun sosmed dengan komentar-komentar jahat

Diduga tak terima dengan hasil survei, netizen Indonesia ramai-ramai penuhi kolom komentar instagram Microsoft, mulai dari ancaman pemboikotan sampai berbagai komentar tidak sopan lainya. Saat ini Microsoft menutup kolom komentar akun instagramnya, banyak yang menduga akibat serbuan netizen Indonesia.

Baca juga: IPMT Diharapkan Dapat Jadi Wadah Kreativitas

Sebelumnya nitizen Indonesia pernah menyerang instagram @xeesoxee milik aktris Han So Hee Asal Korea Selatan yang berperan sebagai selingkuhan dalam drama populer The World Of the Married. Netizen Indonesia membanjiri kolom komentar instagram Han So Hee dengan labelling “pelakor” atau perebut laki orang. Sebutan pelakor membuat Han So Hee merasa tidak nyaman dan memberi peringatan pada nitizen Indonesia agar tak bereaksi berlebihan terhadap karakter drama yang dilakoninya, karena hanya sebatas peran saja.

Terbaru datang dari fans Youtubers Viki Naki yang menyerang akun sosmed Dayana, wanita asal Kazakhstan. Konflik antara fans Fiki Naki dengan Dayana memanas ketika Dayana memberi pernyataan di instastory miliknya bahwa ia tidak membutuhkan followers atau pengikut dari Indonesia dan akan terkenal hanya dengan pengikutnya di Rusia. Hal ini membuat netizen Indonesia kompak meng-unfollow instagram Dayana, dan memenuhi kolom komentar sosmednya dengan ujaran-ujaran kasar. Hal ini membuat Dayana memprivasi instagramnya dan berencana menutup akun pribadinya itu.

Dalam kasus Dayana barang kali nitizen Indonesia merasa marah karena seolah diremehkan, saya sendiri melihat ada sisi positif yang dapat diambil, yakni tingginya solidaritas Indonesia menyerang orang yang mereka anggap tidak menghargai warga Indonesia. Namun alangkah baiknya solidaritas tersebut disertai dengan sikap kritis dan bijaksana, bukan menyerang dengan ujaran kebencian yang dapat berdampak pada psikologi korban.

Baca juga: Menolak Bungkam Kekerasan Seksual di Institusi Agama dan Pendidikan

Tingginya tingkat cyber bullying di Indonesia dibuktikan pada survei Microsoft, 5 dari 10 orang terlibat dalam insiden bullying, 47% menjadi pelaku intimidasi, 19% mengatakan mereka menjadi sasaran bullying. Presentase pelaku dari generasi milenial berkisar 54%, gen z 47%, gen x 39 % dan boomer 18%.  24% pelaku berasal dari pengguna anonim dan 48% orang yang tak dikenal korban. 

Penyebab tidak sopannya nitizen Indonesia

DCI mengatakan rendahnya kesopanan nitizen Indonesia disebebkan persebaran kebencian dan perpecahan yang terus tumbuh akibat tingginya penyebaran informasi menyesatkan karena rendahnya literasi nitizen Indonesia. Menurut United Nations Educationa, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Indonesia berada di urutan kedua dari bawah literasi dunia, di mana minat membaca hanya 0,001%, urutan 60 dari 61 negara.

Berbeda dengan riset yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) menyampaikan literasi digital di Indonesia berada di ketegori sedang. Namun sangat disayangkan indeks literasi digital tersebut berbanding terbalik dengan persebaran hoaks di dunia maya yang menurut survei Kominfo mencapai 68%, karena orang Indonesia tidak terlalu memikirkan apakah informasi yang disebarkannya hoaks atau tidak.

Baca juga: Mengenal Buah Mengkudu dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Untuk itu nitizen Indonesia diharapkan lebih bijak lagi dalam melontarkan komentar dan membagikan informasi di jagat dunia maya, karena tidak menutup kemungkinan bisa terjerat hukum UU ITE.

DCI turut menyampaikan agar interaksi online aman dan sehat perlakukan orang lain dengan hormat dan bermartabat. Jika mendapat komentar jahat di sosial media gunakan fitur report dan blok. Cari ruang aman dengan bercerita kepada orang terdekat jika mendapat perundungan online, hubungi pihak berwajib jika mendapat kejahatan online yang sudah tidak bisa ditolerir.

Editor: Delfi Ana Harahap
Foto: Tracy Le Blanc/Pexels.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.