Hukum Tidak Sarapan Sebelum Salat Idul Adha Bagi Yang Berkurban

Penulis: Syahrul Rosidin*

Gagasanonline.com – Ibadah Kurban penting diketahui umat Islam untuk memahami makna serta keutamaannya. Berkurban hukumnya sunnah muakkad  sesuai ijtihad dengan ulama. Dinukilkan dari  Al-Mawsua’ah Al-Fiqhiyyah (5: 106), kurban (udhiyyah) lebih utama dari sedekah.

Kurban artinya dekat atau mendekatkan. Kurban merupakan upaya  untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya: “Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.” (Al-Kautsar: 2).

Ayat lain menjelaskan: 

ولكل أمة جعلنا منسكا ليذكروا اسم الله على ما رزقهم من بهيمة الأنعام فإلهكم إله واحد فله أسلموا وبشر المخبتين

Artinya : “Dan setiap orang telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), meminta mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak yang telah direzekikan Allah bagi mereka, maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang meminta patuh (kepada Allah),” (QS. Al-Hajj: 34)

Baca: Mahasiswa Dipanggil Pimpinan Fakultas Gara-Gara Aksi Potongan UKT

Adapun hukum tidak sarapan sebelum salat Idul Adha bagi orang yang berkurban, seperti yang telah dicontohkan nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat salat id pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari salat id baru beliau menyantap hasil kurbannya.” (HR. Ahmad, 5:352. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Baca: Kepala Sekuriti : Kami Ketatkan Penjagaan Barang Jika Ada Serah Terimanya

Orang yang pergi salat id tidak lepas dari dua kemungkinan, memiliki hewan kurban dan tidak memiliki hewan kurban.

Pertama, yang memiliki hewan kurban, disunnahkan baginya untuk menunda makan pada Idul Adha. Dianjurkan ia nanti berbuka dengan memakan hati dari hewan kurbannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

وَكَانَ إِذَا رَجَعَ أَكَلَ مِنْ كَبِدِ أُضْحِيَتِهِ

“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang, beliau makan dari hati hewan kurban beliau.” (HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, 3:283)

Kedua, yang tidak memiliki hewan kurban, jumhur ulama (mayoritas ulama: ulama Hanafiyah, ulama Malikiyah, ungkapan dari Syafi’iyah), disunnahkan untuk tetap menunda makan sampai salat id.

Sedangkan ulama Hambali, bagi yang tidak memiliki hewan kurban, maka tidak mengapa makan sebelum salat atau sesudahnya. Dari hadits Buraidah yang disebutkan di atas, ulama Hambali berkata bahwa jika tidak memiliki hewan kurban, tidaklah masalah untuk makan sebelumnya.

Beberapa yang harus diperhatikan saat Idul Adha:

  • Sedekah pada hari Idul Adha adalah bakda salat berupa kurban, maka disyariatkan untuk berserikat dengan orang miskin menyantap hasil kurban setelah salat.
  • Pada hari Idul Adha tidak diharamkan makan sebelum salat, hanya disunnahkan saja tidak makan. Jadi kalau ada yang menyangka hukumnya wajib tidak makan, jelas keliru.
  • Menahan diri dari sarapan bisa hanya sebatas sampai hewan kurban disembelih dan disantap, dan itu jika memungkinkan. Apabila hewan kurban masih lama dalam proses penyembelihan hingga siang hari, maka tidak mengapa untuk sarapan bakda salat id meskipun tidak dengan hasil kurban.
  • Bagi yang tidak memiliki kurban untuk disantap setelah salat id, tidak masalah jika ia sarapan sebelum salat id. Namun kalau ia ingin menjalankan sunnah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak makan sebelum salat id sebagaimana tekstual hadits (baik yang punya kurban ataukah tidak), silakan untuk tidak makan. Setelah salat id, bisa kembali lagi untuk sarapan.

 

Editor: Feri Kurniawan
Reporter: Syahrul Rosidin*
Foto: Internet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.