Move On, Sahabat dan Traveling

Penulis: Winda Julianti Handayani**

Gagasanonline.com– 21 Februari 2019, tepat seminggu aku mengurung diri di kamar, menangis seharian hingga mata membengkak. Hari Velentine, di mana para pasangan berbahagia saling berbagi coklat dan hadiah, tetapi ketika itu aku diputuskan.

Hubungan kami berjalan selama tiga tahun dengan baik tanpa ada masalah yang berarti, dia memutuskan hubungan dengan alasan ingin fokus kuliah, dalam jangka waktu dua hari aku mendengar kabar, dia menjalin hubungan dengan seorang Junior di kampusku.

“Audrey buka pintunya nak, ada Hanin datang” ujar Ibuku sambil mengetuk pintu kamar. Namun aku tidak mengabaikan seruan Ibu. Hanin adalah sahabatku sejak SD, tetapi ketika menginjak bangku perkuliahan, kami berpisah, ia memutuskan untuk berkuliah di Yogyakarta dan aku tetap di Jakarta. “Hey Drey ini gue Hanin buka pintunya! Emak lu nelpon gue katanya lu udah seminggu gak keluar kamar”

“Sorry Nin gua mau sendiri dulu” tegasku.

“Buka gak ?! gue jauh – jauh dari Yogya ke mari, jangan sampai gue dobrak ya” ancamnya. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk membuka pintu.

Baca juga: Massa Aksi Anggap Belum Dapatkan Jawaban Konkret dari Pihak Rektorat

Saat pintu terbuka Hanin langsung memelukku “Kan dari awal udah gua bilang jangan mau sama itu cowok, tapi lu gak dengerin gue, dasar bucin”

“Iya maap, kalau tau ujungnya bakal kayak gini gua juga gak mau sama tu cowok” ucapku sambil menangis.

Sore itu aku mencurahkan semua uneg-uneg ku kepada Hanin, dia mendengarkan ceritaku dengan sabar hingga berjam-jam lamanya. “Gimana kalau lu ikut gue ke Yogya, refreshing, itung – itung liburan buat nenangin diri?” tanya nya. Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda setuju.

Aku dan Hanin berangkat ke Yogya menggunakan kereta api, di sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan hamparan sawah dengan padi yang mulai menguning, sungai dengan air yang jernih, rumah – rumah dan perkebunan milik warga. Sebenarnya pemandangan seperti ini sudah sering kulihat sebelumnya, tetapi entah kenapa ketika itu rasanya berbeda, hal-hal kecil terasa sangat menakjubkan dan menenangkan hati ketika sedih, tanpa sadar ku tersenyum sendiri.

Baca juga: Belajar Bahasa Inggris di Kampus Saat Libur Semester

“Gimana ? Indahkan pemandangannya ?” Tanya Hanin sambil melirik ke arah jendela. “Iya,” jawabku singkat. “Lu itu harus bisa menghargai dan menyayangi diri lu sendiri Drey, kasih diri Lu waktu buat sembuh, tapi jangan berlarut-larut juga, cowok bukan cuma dia aja kok, Lu tu cantik, baik, pinter. Pasti banyak kok laki-laki baik di luar sana untuk lu,” tegas Hanin. Mendengar perkataan Hanin, aku hanya bisa tersenyum dan berterimakasih karena memiliki sahabat sebaik dia.

Selama di Yogya aku dibawa keliling kota bersama Hanin, mulai dari berkunjung ketempat wisata, mencoba makanan khas Yogya sampai berkeliling kampus tempat Hanin berkuliah. Eittss,  dan tidak lupa untuk mengabadikan momen dengan foto – foto yang terbaik.

Tidak terasa sudah seminggu aku di Yogya, saatnya untuk pamit dengan kota yang menyambutku dengan hangat.

“Lu beneran gak apa – apa pulang ke Jakarta sendiri?” Tanya Hanin cemas.

“Iya aku udah baikan kok sekarang, Nin terimakasih udah ada di saat terburuk aku, kalau gak ada kamu mungkin aku masih ngurung diri di kamar nangisin itu cowok” ucapku lirih.

“Yahh elu mah, jadi melo kan gue. Iya sama – sama. Pokoknya kalau ada apa-apa kabari gue jangan lu pendam sendiri,” ucap Hanin sambil menghapus air matanya.

Tidak lama berbincang dengan Hanin, kereta sampai, hari itu saatnya harus ucapkan selamat tinggal pada kota dimana aku bisa menenangkan diri dan meninggalkan kesan yang bermakna bersama sahabatku Hanin. Selama di Yogya aku belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan move on, karena hidup harus berlanjut.

Editor: Wilda Hasanah
Foto: Internet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.