Kurangnya Perhatian Pemerintah Terhadap Masyarakat Desa Tanjung Beringin

Penulis: Elva Febiola*

Gagasanonline.com – Desa Tanjung Beringin, kecamatan Kampar Kiri Hulu, kabupaten Kampar merupakan desa terpencil yang jauh dari kota/kabupaten dan memiliki jarak tempuh sekitar dua sampai tiga jam baru sampai di perbatasan yang bernama Gema, untuk sampai ke perbatasan jalan yang dilalui tidak selalu mulus banyak jalan rusak dan merupakan kawasan hutan. Sampai di Gema, dilanjutkan dengan penyeberangan sungai ysng membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua jam. Proses penyeberangan ke desa tersebut menggunakan alat transportasi tradisional dalam bahasa mereka piyau atau biasa kita sebut sampan.

Karena jumlah sampan dan pengemudinya yang tidak banyak, terkadang tidak sedikit penumpang yang harus menunggu dahulu untuk mendapatkan sampan untuk ke seberang sungai sebelum menempuh jalan menuju tempat tinggal. Tak jarang ketika turun hujan dan air sungai naik  membuat pengemudi sampan kesusahan dalam penyeberangan, seperti sampan terbalik terseret arus banjir.

Baca: Overdosis

Kehidupan penduduk di desa Tanjung Beringin juga tidak sama dengan apa yang kebanyakan penduduk kota rasakan saat ini, banyak fasilitas yang sudah familiar bagi penduduk kota tetapi tidak di daerah tersebut. Seperti misalnya gadget, penduduk kota sudah sangat bergantung dengan gadget tetapi di desa tersebut untuk akses jaringan saja tidak bisa, dan jika mereka ingin berkomunikasi dengan orang jauh mereka terpaksa harus pergi ke puncak di daerah tersebut dan itu juga memerlukan waktu sekitar setengah jam perjalanan.

Jangankan untuk akses internet, Pengunaan listrik saja di daerah Tanjung Beringin sangat terbatas, penduduk menggunakan listrik manual seperti mesin untuk satu kampung atau desa tersebut bisa disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Dari mesin tersebut, listriknya hidup mulai dari pukul 18.00 – 23.00 WIB atau hanya sekitar 5 jam di malam hari. Meskipun ada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di daerah Tanjung Beringin namun pembangkit listrik ini hanya bisa tahan seharian jika digunakan sebagai lampu, tetapi jika digunakan untuk segala hal seperti nonton tv, kulkas, dan alat lain kemungkinan hanya tahan 4 jam saja.

Baca: Bahagianya Orang yang Ikhlas

Pendidikian di desa Tanjung Beringin sangatlah minim, sekolah-sekolah yang ada di daerah tersebut hanyalah TK dan SD, jika mereka ingin melanjutkan sekolah, mereka terpaksa merantau ke kecamatan atau kab/kota setempat. Ketika pelajar merantau keluar dari daerah tersebut mereka akan jauh dari keluarga. Jika orang tua hendak mengirimkan uang untuk biaya anaknya mereka tidak bisa melakukan transaksi lewat Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau transver lewat bank seperti yang sering penduduk kota lakukan, karna jaringan ataupun link-link yang bisa membantu untuk transaksi juga tidak ada. Mereka harus mencari atau menitipkan kepada penduduk yang hendak pergi ke kota. Dan jika penduduk tidak ada yang hendak ke kota, terpaksalah keluarga yang mengantarnya.

Pada umumnya masyarakat di sana bermata pencaharian sebagai pemotong karet dan pemotong kayu. Dengan pekerjaan seperti itulah mereka menghidupi keluarganya masing-masing. Dengan keadaan yang seperti itu mereka mengerti dengan keadaan daerahnya yang jauh dari kecamatan atau kab/kota dan  tidak menuntut kepada pemerintah. Yefni, warga desa Tanjung Beringin mengatakan “Dulu sempat pernah pemerintah datang ke Tanjung Beringin, tetapi sampai sekarang masih belum ada perubahan di desa kami.”

Baca: Mahasiswa Jurusan Bahasa Arab Ikuti ITHLA Ke Jakarta

Terdapat lima strategi utama untuk pengembangan daerah tertinggal di wilayah Kampar Kiri Hulu, yaitu dengan cara memadukan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang berbasis  potensi sumber daya lokal melalui:

  1. Peningkatan akses kerjasama berbagai sektor pemerintah, swasta dan perguruan tinggi untuk mengatasi keterbatasan dana pembangunan berkelanjutan.
  2. Pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal dengan cara pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi dan produk olahan melalui teknologi tepat guna dan perluasan pemasaran.
  3. Optimalisasi peran pusat pelayanan dengan cara melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana serta keterkaitan sosial ekonomi dengan pelayanannya.
  4. Peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan atau pelatihan dan pembinaan kelembagaan berbasis pedesaan.
  5. Optimalisasi peran kabupaten Kampar sebagai daerah penyangga Riau melalui efektifitas pengelola tata ruang kawasan lindung dan budidaya dengan mempertimbangkan kawasan rawan bencana alam

*Mahasiswa Uin Suska Riau jurusan Administrasi Negara

Editor: Hendrik Khoirul
Foto: Dok. Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.