Kesabaran Salman Al-Farisi Ditikung Abu Darda’

Penulis: Dinda Mawaddah**

Gagasanonline.com – Menyimpan ibrah dan teladan. Termasuk sepenggal episode kisah dua orang sahabat rasul, Salman al-Farisi, ra. dan Abu Darda, ra. yang memang sudah begitu populer. Salman al-Farisi, salah seorang sahabat Rasulullah saw berdarah Persia. Sebelum memeluk Islam, ia termasuk bagian dari orang-orang majusi, penyembah api (Zoroaster). Namun ketika cahaya Islam menyentuhnya – layaknya para sahabat yang lain – menjadi salah seorang yang militant dan semangat dalam membela Islam.

Suatu ketika Salman al-Farisi tengah gundah gulana, sang arsitek Perang Khandak tersebut tengah mencari jodoh. Mungkin lama sudah ia membujang hingga perlunya ingin segera mengakhiri masa kejombloannya. Rupanya Salman al-Farisi telah lama mengincar salah seorang perempuan salihah yang hendak ia khitbah dalam waktu dekat. Menurut riwayat, perempuan pujaan Salman tersebut adalah gadis Anshor  yang  merupakan seorang mu’minah nan cantik lagi salihah.

Baca: Himate Adakan Bakti Sosial di Kuok

Namun urusan khitbah bukan permasalahan sepele bagi Salman, ia butuh seorang perantara untuk menyampaikan keinginannya melamar sang pujaan. Terbesit lah  salah seorang sahabat karibnya untuk dimintai pertolongan, Abu Darda. Madinah bukanlah tempat kelahiran dan daerah asal Salman al-Farisi, oleh karenanya ia meminta Abu Darda menjadi perantara prosesi khitbahnya. Keinginan Salman pun disampaikan ke Abu Darda. “SubhanallahwalHamdulillah” ucap Abu Darda dengan penuh kegirangan setelah mendengar keinginan sahabatnya Salman yang hendak meminta bantuannya perihal lamar-melamar.

Abu Darda pun tak perlu pikir panjang, dengan senang hati ia membantu hajat sahabatnya tersebut. Hingga tiba waktunya mereka berdua menuju kerumah gadis Anshar yang  disukai oleh Salman al-Farisi. Setelah sampai di rumah orang tua fulanah tersebut, Abu Darda bertemu dengan kedua orang tuanya. Tanpa babibu panjang lebar, Abu Darda mengungkapkan perihal maksud kedatangannya.

Baca: Pelarian (Stigma NKRI 2)

“Saya adalah Abu Darda dan ini adalah saudara saya Salman al-Farisi dari Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia telah memiliki kedudukan mulia di mata Rasulullah Saw. hingga beliau menyebutnya sebagai ahlul bait,” ucap Abu Darda dengan penuh wibawa.

“Saya datang kesini mewakili saudara saya Salman al-Farisi untuk melamar putri Anda”.

Ternyata sang gadis telah mendengar sayup-sayup dari bilik rumah perbincangan antara kedua orang tuanya dan Abu Darda. Sang Ayah dari seorang putri yang di idamkan oleh Salman pun mengembalikan semua keputusan pada putrinya, apakah menerima atau menolak. Lantas sang Ibunda berbicara mewakili putrinya dan takdir Allah berkehendak lain. “Maafkan kami atas keterusterangan ini, putri kami menolak dengan penuh hormat pinangan ananda Salman al-Farisi.”

Tak cukup sampai disitu, bak halilintar di siang bolong, Ibu dari sang putrid shalihah berucap “Namun jika Saudara Abu Darda memiliki tujuan yang sama, maka putri kami lebih memilih antum sebagai calon suaminya.”

Bayangkan jika kita berada di posisi Salman saat itu, apa yang akan kita lakukan mendengar hal tersebut.

Namun tidak demikian dengan Salman al-Farisi, di sini lah letak kemuliaan manusia-manusia hasil didikan Rasulullah Saw. Dengan fasih dan berwibawa ia berujar “Semua mahar dan nafkah yang aku persiapkan ini aku serahkan kepada Abu Darda.”

Tak cukup berkata itu, Salman kembali mengucap lantang “Dan aku akan menjadi saksi atas pernikahan kalian.”

Baca: Fenomena Ulat Kaki Seribu di UIN Suska Riau

Kisah tersebut akhirnya termaktub dan mengekal dalam sejarah Islam karena kemuliaan Salman al-Farisi yang tidak menuhankan cinta semata. Bayangkan jika Salman bersikap sebaliknya, berputus asa, galau merana, lari mengambil pisau atau mencari tebing untuk mengakhiri hidupnya, mungkin hanya akan menjadi romansa picisan yang cepat berlalu.

Perihal khitbah, nikah dan jodoh adalah satu hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Terlebih di bulan Rabiul Awal ini, ratusan jomblo dipastikan melepas masa lajangnya sekaligus masih banyak pula para jomblo yang semakin galau melihat berderet sahabat angkatan gengnya telah menikah.

Hikmah dari kisah tersebut tidak semata meneladani kualitas akhlak dan keimanan Salman al-Farisi semata, tentu masih ada hikmah yang lain. Yaitu untuk  kaum jomblo biar gak jadi pagar makan tanaman alangkah baiknya pastikan ‘Makcomblang’ yang kamu pilih saat melamar si dia tidak lebih keren atau lebih tampan dari pada kamu, tidak juga lebih kaya dari kamu, syukur-syukur dia sudah menikah, tentu itu lebih aman. Intinya tetap semangat aja mencari jodoh ya mblo…

Editor: Hendrik Khoirul
Ilustrasi: muslimobsession.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.