Urgensi Pendidikan Dalam Menciptakan Insan Pencipta

Penulis: Ade Martanaya Alfi*

Gagasanonline.com – Pendidikan menjadi pondasi penting untuk terciptanya manusia yang kreatif, inovatif dan bertanggung jawab, serta mengembangkan potensi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan. Pada era awal reformasi sampai sekarang sistem pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan sebagai pendidikan yang bermutu. Apalagi akhir-akhir ini pendidikan mengalami kemunduran secara signifikan. Pendidikan di Indonesia tidak lagi berorientasi pada tujuan konstitusi UUD 1945 alenia ke 4 yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa” melainkan lebih menciptakan manusia-manusia yang menanamkan sifat sebagai mental-mental pekerja dan statis.

Baca: Merayakan Toleransi dengan Sikap Intoleran

Pendidikan tidak terpusat terhadap sekolah ataupun kampus saja, namun pendidikan juga dilakukan oleh keluarga dan masyarakat melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran. Pendidikan menjadi salah satu fungsi untuk tujuan negara dalam membangun peradaban dan kebahagiaan. Sesuai yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia bahwa pendidikan pada umumnya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intelektual) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakat untuk mencapai kebahagian.

Bagian yang sangat penting di dalam dunia pendidikan adalah memungkinkan manusia menjadi insan pencipta sebagai harapan negara dan masyarakat, insan pencipta artinya manusia yang sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk baru yang lebih baik, berjiwa penuh gagasan- gagasan kemajuan selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.

Baca: Mahasiswa Keluhkan Pembagian Almamater Tidak Merata

Ketika prinsip insan pencipta ini ingin tercipta maka pendidikan harus melakukan pembebasan atas doktrin pendidikan yang di tanamkan oleh keluarga, masyarakat, dan sekolah yang lebih menekankan hasil dari pendidikan atau kesuksesan yang diukur secara material, pada akhirnya ukuran sukses cenderung diukur dari pekerjaan yang didapat setelah menamatkan pendidikan, serta kerap membandingkan hasil materi yang didapat setelah menamatkan pendidikan dengan biaya yang dikeluarkan ketika mengenyam pendidikan, doktrin inilah yang menjadikan pendidikan mengalami degradasi besar dalam ruang lingkup pendidikan.

Menurut Paulo Freire pendidikan ialah usaha untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai alat yang membebaskan dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan, pendidikan harus berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.

Kritik Paulo Freire terhadap ruang lingkup pendidikan mengatakan bahwa guru adalah seorang seniman “The teacher is artist” guru sebagai seniman bukan berarti guru bisa membentuk dan menciptakan profil dan bentuk murid-muridnya, tetapi tugas seorang pendidik ialah membuat kemungkinan atau menjadikan mungkin murid-muridnya menjadi dirinya sendiri “Student become themselver”, hal ini menjadi refleksi dari sistem pendidikan pada masa sekarang.

Baca: Kenangan Anic

Pada abad ke 18 ada ungkapan yang begitu populer dari orang Belanda “Het volks is redeloos, de regering is radeloos, het land is reddeloos” (rakyat kehilangan daya pikir sehat, pemerintah kehilangan akal, negara kehilangan harapan).

Urgensi dari pendidikan adalah menjaga peradaban manusia yang dinamis dan menjaga harapan bangsa dengan menciptakan insan pencipta sebagai wujud pembaharuan melalui kreatifitas dan inovasi, dengan pendidikan seseorang menguasai dunia dan tidak terikat lagi oleh batas-batas yang membatasi dirinya.

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau

Editor: Hendrik Khoirul
Ilustrasi: Kompasiana.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.