Akademisi Tanggapi Rendahnya Indeks Minat Baca Alquran Mahasiswa UIN Suska

Penulis: Puspita Amanda Sari** Nur Putri Andani**

Gagasanonline.com – Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag), menyebutkan indeks kemampuan  baca Alquran terendah ada di UIN Suska Riau. Informasi yang tersebar di akun Instagram resmi Kemenag @kemenag_ri tersebut menuai berbagai tanggapan dari kalangan akademisi UIN Suska Riau, Sabtu (23/11/2019).

Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Suska Riau, Alwis Nazir mengaku tidak yakin terkait hasil penelitian itu, lantaran jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 50 orang mahasiswa, masing-masing 25 orang dari fakultas umum dan 25 orang lainnya dari fakultas agama. Menurut Alwis hal ini tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa UIN Suska Riau yang berjumlah kurang lebih 30 ribu orang.

Baca: WR I Bantah Isu Terkait Batas Maksimal Lulus 10 Semester

“Intinya saya kurang setuju karena jumlah sampelnya itu sedikit, lebih cocoknya 50 orang dari satu Prodi,” tegasnya saat ditemui di ruang kerjannya, Rabu (20/11/2019).

Alwis menyayangkan hasil penelitian ini, pasalnya pihak peneliti tidak meminta izin kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Suska Riau untuk mengambil sampel.

“Kalau mau mengambil sampel di kampus minimal harus ke LPPM dulu mohon izin,” ujarnya.

Wakil Rektor (WR) I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Suryan A. Jamrah juga memberikan tanggapannya terkait hasil penelitian indeks baca Alquran. WR I mengatakan hasil penelitian tersebut menjadi sebuah tantangan bagi UIN Suska Riau. Lantas pihaknya mengusulkan agar nantinya diadakan pembinaan lebih lanjut terkait minat baca dan tulis Alquran bagi para mahasiswa baru UIN Suska Riau.Tujuannya untuk mengumpulkan data sejak awal mengenai berapa jumlah mahasiswa yang tidak bisa membaca Alquran, kemudian nantinya akan ditangani secara khusus.

“Jadi kriterianya ada yang sama sekali tidak bisa dan ada yang bisa tapi tidak benar,” jelas WR I.

Baca: Mahasiswa Batak Respons Ujaran Rasis dengan Aksi

Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), Haridsyah ikut menanggapi indeks minat baca Alquran hasil penelitian Kemenag. Menurutnya indeks minat baca Alquran mahasiswa UIN Suska Riau rendah karena Kampus Madani bukan  hanya khusus untuk jurusan agama, tetapi juga untuk jurusan umum.

“Kurangnya minat baca Alquran karena mahasiswanya berasal dari jurusan umum,” ungkap Haridsyah.

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Dita Ananda Zulhijjah merasa miris pasalnya UIN Suska Riau terkenal dengan keislamannya. Agar kemampuan membaca Alquran mahasiswa meningkat, menurut Dita lebih baik diadakan kegiatan yang berhubungan dengan Alquran, seperti membaca Alquran.

Baca: Dilema Mahasiswi Bercadar UIN Suska Riau: Dipaksa Lepas dan Dikaitkan dengan Radikalisme

Alwis berharap hasil penelitian dari Kemenag ini bisa menjadi cambuk bagi mahasiswa UIN Suska Riau, karena bagi Alwis keterlaluan apabila mahasiswa berbasis Islam tapi tidak bisa membaca Alquran. “Mau mahir ada prosesnya, minimal mahasiswa UIN bisa membaca dengan benar sesuai dengan tajwid yang benar,” tutur Alwis.

Haridsyah berharap agar ke depannya mahasiswa lebih meningkatkan minat baca Alquran dan meningkatkan kesadaran belajar ilmu agama.

“Di manapun dia kuliah tetap wajib belajar ilmu agama ataupun amalan-amalan seperti membaca Alquran dan sebagainya,” tutup Haridsyah.

 

Catatan Redaksi:  Redaksi meralat terkait tulisan di bagian, Lantas pihaknya mengusulkan agar nantinya membaca Alquran menjadi tes tambahan bagi para calon mahasiswa baru UIN Suska, menjadi, Lantas pihaknya mengusulkan agar nantinya diadakan pembinaan lebih lanjut terkait minta baca dan tulis Alquran bagi para mahasiswa baru UIN Suska Riau. Redaksi meminta maaf kepada pembaca.

Reporter: Puspita Amanda Sari** Nur Putri Andani**
Editor: Hendrik Khoirul
Foto: Gagasan/Puspita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.