Anjuran Saat Sedang Sakit

Penulis: Juan Aditya Pratama**

Hidup di dunia tidak lepas dari cobaan dan ujian. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tak disukainya atau perkara menyenangkan. Allah berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35).

Sahabat Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Jika kita sakit, kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk berobat. Kata Rasulullah:

تَدَاوَوْا يَا عِبَادَ اللَّهِ

“Berobatlah wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam masalah yang berhubungan dengan berobat dan sakit:

  1. Berobat adalah hal yang dianjurkan

Berobat adalah perkara yang dianjurkan oleh syariat dan tidak meniadakan sama sekali perintah untuk sabar dengan ketentuan Allah dan ridha dengan takdir Allah Subhanahu Wa Taala. Maka tentu yang Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam anjurkan kepada umatnya itu adalah berasal dari Allah Subhanahu Wa Taala. Memang kita diperintahkan untuk sabar menghadapi ketentuan Allah. Namun bukan berarti sabar itu diam. Sabar hendaknya disertai dengan adanya usaha.

Ketika sakit, manusia diperintahkan untuk berusaha mencari kesembuhan dengan cara berobat. Sama halnya ketika kita lapar. Lapar adalah takdir, tapi apakah berarti kita sabar saja terus lapar? Tidak! Kita berusaha untuk mencari makan. Nah, berobat merupakan perkara yang dianjurkan oleh syariat.

  1. Berobat adalah wasilah (perantara)

Ketika berobat, niatnya sebagai mencari usaha kesembuhan dari Allah Subhanahu wa Taala. Jadikan berobat itu sebagai wasilah. Jangan jadikan berobat itu sebagai tujuan. Maksudnya kita wajib meyakini bahwa yang memberikan kesembuhan hanya Allah. Dan Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan kita untuk berusaha mencari kesembuhan tersebut dengan cara berobat. Tapi yang paling utama harus kita yakini bahwa kesembuhan itu semuanya dari Allah Subhanahu wa Taala. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Taala:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 80)

  1. Bersandar kepada Allah

Perkara selanjutnya yaitu harus meyakini ketika berobat, hati kita tetap bersandar kepada Allah. Jangan sampai hati bersandarnya kepada dokter, jangan sampai hati kita bersandarnya kepada obat. Karena sudah kita sebutkan tadi bahwa yang menyembuhkan adalah Allah. Adapun dokter dan obat adalah wasilah dan sebab.

  1. Menjaga Ucapan

Jangan sampai kita mengucapkan kata-kata yang berbau syirik. Contoh ketika kita sembuh  kita berkata, “Obat ini yang menyembuhkan saya/dokter yang menyembuhkan saya,”. Karena yang menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahu Wa Taala. Perkataan yang tepat seharusnya dikatakan, “Allah menyembuhkan saya melalui dokter ini/Allah menyembuhkan saya melalui obat ini.” Semua karunia dari Allah Subhanahu Wa Taala dan pemberian dari-Nya. Secara hakiki yang menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, adapun obat dan dokter itu adalah hanya sebatas wasilah.

  1. Sabar

Jika kita sudah berobat dan kesembuhan belum pula datang, kewajiban kita adalah bersabar dan terus kita bertawakal kepada Allah dan serahkan semuanya kepada Allah. Terkadang ada orang yang sudah berobat tapi kemudian belum diberikan kesembuhan oleh Allah. Lalu yang muncul adalah putus asa. Maka disaat kita belum diberikan oleh Allah kesembuhan, kewajiban kita sabar, kewajiban kita ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu Wa Taala disertai dengan usaha.

  1. Berharap pahala dan ampunan

Hendaknya kita berharap pahala di sisi Allah dan ampunan disisi-Nya. Karena semua penyakit yang menimpa seorang mukmin itu hakikatnya adalah menggugurkan dosa dan mengangkat pahala manusia. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Taala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR. Muslim).
Dan jangan lupa untuk banyak berdo’a. Berdo’a supaya disabarkan, berdo’a supaya dijadikan hati kita ridha.

Inilah beberapa tips atau beberapa perkara yang hendaknya diperhatikan ketika kita diberikan oleh Allah sakit. Semoga ini bermanfaat buat kita semuanya.

 

Sumber: Radio Rodja
Foto: Internet
Editor: Wulan Rahma Fanni

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.