Anugerah dari Allah SWT

Penulis: Bagus Pribadi

Terkadang Allah itulah yang bernama kebenaran, atau al-haq sebagaimana seluruh proses, sistem dan irama penciptaan alam semesta dan kehidupan umat manusia ini adalah disengaja oleh Allah. Saham kesengajaan Allah itu ada yang seratus persen, ada yang kurang dari itu, karena sisanya dimandatkan untuk menjadi kewenangan khalifah-Nya yang bernama manusia. Benda alam ini dengan seluruh sistemnya disengaja seratus persen oleh pola penciptaan-Nya. Tapi bahwa kemudian terjadi ketidak-seimbangan ekologis, terjadi kebakaran di hutan, banjir karena ketidaktertataan pembangunan, pelubangan ozon, udan salah mongso, dan lain sebagainya— itu tanda bahwa Allah berbagi kepada manusia, memberi mandat kepadanya untuk mengerjakan sesuatu, tapi diperintahkan agar disesuaikan dengan kehendak-Nya.

Sama dengan rambut lurusmu itu, hidung mancungmu itu, kokoh tanganmu itu, disengaja seratus persen oleh Allah. Tapi, Ia memberimu persentase pinjaman (haq) juga kepadamu, dan engkau pergi ke salon mengkritingkan rambutmu, engkau ke toko emas memasang anting-anting di hidungmu, serta engkau ikut fitnees untuk lebih mengokohkan badanmu.

Sekarang engkau ke taksi. Hitunglah sesekali berapa persentase kesengajaan Allah atas kejadian-kejadian yang engkau alami, dan berapa persentase yang engkau upayakan sendiri. Mungkin pada jam tertentu engkau meluncurkan taksimu ke depan stasiun atau ke tempat-tempat tertentu yang engkau perhitungkan akan banyak penumpang. Dan itulah yang namanya ikhtiar, kreativitas, budaya dan sejarah. Tapi tetaplah jangan sampai engkau mengabaikan bahwa di sisi semua sepak terjang sejarahmu—sesungguhnya—peran kesengajaan Allah atas nasibmu tetap sangat tinggi.

Dan bagaimana Allah menyengajakan model nasib atasmu, bergantung pada dua hal. Pertama, pada hak mutlak Allah untuk menentukan apa saja. Kedua, pada kualitas dan moral pergaulanmu sendiri terhadap Allah.

***

Baca: Keutamaan Puasa Syawal

Terkadang engkau tidak memperhitungkan bahwa Allah berperan atas nasibmu, dan peran-Nya itu amat dilatarbelakangi oleh sifat kasih sayang. Tapi engkau lupa atau tidak yakin, sehingga diam-diam engkau berpendapat bahwa hanya engkau sendirian yang bisa menolong nasibmu. Maka engkau berupaya dengan segala cara: menyerobot sana-sini, mencurangi teman, ngentol penumpang dan lain sebagainya. Kalau engkau bersedia niteni, meneliti, dan mengingat-ingat apa peran kesengajaan Allah atas hidupmu, engkau akan menemukan berbagai “kebetulan” yang nanti harus engkau pahami sebagai “kebenaran”.

Kalau hatimu berzikir dan mengonsentrasikan diri pada fungsi kesengajaan Allah yang penuh kasih sayang atas naik turunnya nasibmu, engkau—InsyaAllah—dibimbing untuk senantiasa berada di dalam atau dekat kasih sayang-Nya itu. Pikiranmu akan dituntun oleh-Nya untuk memasuki ide-ide atau gagasan dalam mengendalikan setir mobilmu yang sesuai dengan kasih sayang-Nya. Kakimu, tanganmu, alam pikiran, dan perasaanmu —insya-Allah— akan senantiasa dipanggil oleh-Nya ke dalam cinta-Nya.

Dengan demikian, engkau tak perlu menyerobot kasih sayang Allah yang dianugerahkan kepada teman atau pesaingmu. Karena, di samping kasih sayang-Nya juga tersedia buatmu, juga karena kalau engkau mencuri rahmat yang diterima oleh saudaramu, maka nanti engkau harus membayarnya. Mungkin keharusan membayar itu membuat kasih sayang Allah urung menaburi hidupmu.

Sumber: Buku “Tuhan Pun ‘Berpuasa’” – Emha Ainun Nadjib
Editor: Wulan Rahma Fanni
Foto: Pixabay

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.