[Opini] JPO Juga Perlu Perhatian

Penulis: Tika Ayu

Gagasanonline.com- Berangkat dari pengalaman pribadi penulis, penulis melihat seorang tunanetra berdiri tegak di dekat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), sambil mengangkat tongkatnya mengisyaratkan mau menyebrang tapi tidak melalui JPO, dari sini penulis ingin menulis hal ini. JPO merupakan fasilitas umum yang sangat vital bagi masyarakat pejalan kaki yang hendak menyeberang, namun apa jadinya jika JPO tidak aman dan tidak layak guna seperti membahayakan keselamatan penggunanya?

Pemberitaan yang dikutip dari Tribun Pekanbaru.com pada tahun 2018, JPO yang ada di RS Awal Bros menelan korban jiwa, diketahui kondisi JPO memprihatinkan karena lantainya yang basah. Hal ini miris sekali pasalnya pemberitaan yang berkoar tentang JPO ini sangat nyaring di media massa Pekanbaru. Namun tak banyak perubahan yang dilakukan pemerintah daerah.

Seperti yang dikutip dari Cakaplah.com walaupun diketahui tidak semua JPO itu dikelola oleh pemerintah daerah, tapi masyarakat tahunya pemerintah bertanggung jawab untuk fasilitas umum ini. Sempat berdiskusi dengan salah satu komunitas peduli disabilitas dari Yogyakarta yang sukses berkarya di sana. Ketika komunitas tersebut datang ke Pekanbaru, mereka terkejut dengan kondisi di Pekanbaru.

Santi Setya Ningsih founder Creativeable Pekanbaru yang menangungi komunitas peduli Disabilitas, di Car Free Day (CFD) Minggu (21/04/19). Di sana kami berdiskusi ringan, dia mengatakan bahwa di Pekanbaru ini masih kurang ramah dengan disabilitas, dalam pembicaraan tersebut menyinggung salah satunya fasilitas umum, JPO. Sambil mencoba menambah volume suaranya, Santi berkata “Saya heran di sini (Pekanbaru) JPO nya gak ada jalur khususnya ya?” ujarnya keheranan.

Baca: Kesewenang-wenangan Birokrat UIN Suska

Bagi pendatang baru dari Yogyakarta, syok merupakan hal wajar dengan melihat kondisi Pekanbaru itu sendiri. Namun pemandangan seperti itu terkadang dianggap wajar bahkan merupakan hal biasa atau tidak dianggap penting bagi warga lokal. Mungkin jika membaca ini, anda akan berpikir dan berkata;

“Itukan Yogyakarta masa dibandingkan dengan Pekanbaru?”

“Ya ampun Pekanbaru dibandingkan dengan kota istimewa,” dan pelbagai stereotip menyeruak merasa layak untuk bertanya dan untuk menjawab mereka hanya dengan satu kata.

“Kenapa?”

Mari kita renungkan kejadian tahun 2018 lalu, pembelajaran untuk evaluasi pemerintah terhadap hak masyarakatnya. Dan satu lagi, kita sering menutup mata, menyumpal telinga terhadap hak masyarakat lain yang tidak kita lihat dan tidak kita dengar, mereka adalah saudara kita yang menyandang Disabilitas.

Bagaimana perasaan anda kita saja yang ‘normal’, terkadang merasa ngeri jika JPO yang kita gunakan keadaannya tidak layak seperti bagian lantainya ada yang keropos, bagian atapnya yang jebol, tangga yang disusun dengan beberapa papan, pegangan tangga yang berkarat, serta diameter tangga yang kecil, beberapa jarak antar tangga penyeberangan terlalu curam dan penerangan yang minim? lalu makin seperti apa perasaan saudara kita yang menyandang disabilitas seperti Tunadaksa, Tunanetra.

Slogan Pekanbaru sebagai kota ‘Madani,’ saya kira ini layak untuk dijadikan motivasi agar Ibukota Riau, yang kita cintai membenahi JPO serta fasilitas umum lainnya. berpatokan dari KBBI kata Madani adalah menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang berperadaban.

Baca: Disiplin Waktu di Perguruan Tinggi

Nah sesuaikan, saya kira keputusan untuk merubah nama dari ‘Bertuah’ menjadi ‘Madani’ merupakan sebuah keputusan yang baik, Karena melihat perkembangan zaman kini. Dengan terpautnya kata teknologi yang berperan dalam makna Madani, JPO pekanbaru dapat dikonstruksi sesuai dengan instruksi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 027/T/Bt/1995 tentang Tata cara perencanaan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di kawasan perkotaan.

Jika hal itu terwujud maka JPO dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat, dan tidak ada lagi JPO yang menelan korban jiwa serta kecelakaan fasilitas umum. Semoga Ibukota Riau tercinta kita segera menjadi ibukota yang peduli masyarakat, ramah disabilitas, dan kota ‘Madani’ memang terwujud nyata.

Editor: Lydia Latifah
Foto: Cakaplah.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.