Sejarah Kelam Lipstik pada Abad Pertengahan di Eropa

Oleh: Delfi Ana Harahap

Gagasanonline.com – Lipstik adalah benda yang mayoritas dimiliki kaum hawa. Karena kegunaannya sebagai penambah kecantikan, daya tarik, dan kepercayaan diri. Lipstick biasanya terbuat dari bahan lilin, pewarna/pigmen, dan minyak. Lipstik telah ditemukan sejak masa kuno ketika batu permata semimulia dihancurkan untuk dioleskan ke bibir dan kadang-kadang ke mata. Keberadaan lipstik pun hampir seusia peradaban manusia, digunakan sebagai pembeda status sosial.

Namun lipstick sempat melalui masa kelam pada abad pertengahan di eropa, di mana keadaan hidup para manusia Medieval cukup susah dan menyedihkan. Dengan peperangan yang tanpa jeda, kurangnya pasokan makanan, banyaknya wabah penyakit dan sedikitnya obat penyembuh. Hukum dan tren diatur oleh para petinggi agama. Penggunaan lipstik pun dilarang Gereja. Gereja menganggap perempuan yang menggunakan lipstik adalah “inkarnasi dari setan” karena mengubah ciptaan Tuhan. Lipstik juga dikaitkan dengan ritual pemujaan setan sehingga mereka menyebut wanita yang menggunakan lipstik sebagai penyembah setan, pengikut sekte serta penyihir. Lipstik dinilai sebagai barang yang hanya boleh digunakan oleh kaum rendahan seperti Pekerja Seks Komersial.

Parlemen Inggris pun turut melarang pemakaian lipstik dan mengeluarkan perintah kepada para laki-laki untuk menceraikan istrinya jika ketahuan sang istri memakai lipstik ketika prosesi pernikahan berlangsung. Yukepo.com mengatakan pelarangan ini tetap berlangsung sampai masa pemerintahan Ratu Victoria I.

Pada abad ke-20, lipstik mulai mendapat status yang tinggi dan tidak lagi dipandang buruk. Para aktris teater berperan besar untuk kepopuleran lipstik karena setiap hari memakai lipstik untuk menghibur masyarakat. Bahkan, pada masa itu lipstik dijadikan sebagai simbol perlawanan perempuan. Hal ini berawal ketika Elizabeth Cady Stanton dan Charlotte Perkins Gilman, yakni ketua gerakan suffergate New York, membagikan kertas berisi pewarna bibir untuk para perempuan yang mengikuti demonstrasi menuntut hak pilih pada tahun 1912.

Selain itu, pemerintah Amerika juga mengeluarkan poster-poster propaganda perang yang mengajak perempuan berkontribusi untuk negara yang selalu memuat gambar perempuan yang menggunakan lipstik merah. Tidak berhenti di situ, lipstik pun akhirnya menjadi simbol untuk kaum feminis, yakni sekelompok perempuan yang memperjuangkan nilai-nilai perempuan tradisional sebagai bentuk pemberdayaan mereka.

 

Editor: Bagus Pribadi
Foto: www.vemale.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.