Mahasiswa pun Tidak Boleh Berjualan di Kampus

gagasanonline.com – Rabu (19/12) sekira pukul 07.30 WIB ia dihampiri oleh seseorang yang mengaku suruhan Rektor UIN Suska Riau terkait pengosongan kantin di lingkungan kampus. Saat itu ia dijumpai di parkiran Gedung Belajar Fakultas Syariah dan Hukum (FSH).

“Mau ngapa dek, mau jualan?” begitulah pertanyaan yang dilontarkan oleh suruhan rektor tersebut kata Salman Hidayattulah, Mahasiswa FSH yang aktif berjualan Rotte setahun belakangan.

Salman menyebut orang tersebut bernama Yuliasman. Ia melarang Salman untuk berjualan di lingkungan kampus. Namun Salman menampik dengan mengatakan jika dirinya mahasiswa UIN Suska Riau dan mempertanyakan terkait mahasiswa juga ikut dilarang berjualan di lingkungan kampus.

Memang hingga kini, Pusat Pelayanan Bisnis (P2B) UIN Suska Riau melakukan pengosongan kantin selingkungan kampus. Pengosangan ini menurut penuturan Prof Kirmizi Ritonga, yang merupakan Kepala Bagian P2B bertujuan menata ulang kantin di UIN Suska Riau.

“Intinya menata harta-harta UIN Suska Riau yang dipakai,” kata Tarmizi kepada Gagasan, Rabu (12/12/2018).

Baca Juga: P2B Lakukan Pengosongan Kantin Selingkungan UIN Suska Riau

“Saya bayar kuliah, masa ikut dilarang juga,” kata Salman yang hari itu ditemui di FSH tengah mengenakan baju kemeja putih berpadu garis-garis hitam, Kamis (20/12/2018).

Yuliasman kemudian mengatakan kepada Salman boleh saja berjualan, tetapi Yuliasman mengajak Salman untuk ke Rektorat menjumpai pimpinan kampus. “Kita jumpai aja pak rektor atau Pak Tarmizi supaya dapat surat izin berjualannya, berapa sanggup bayar,” kata Salman menirukan perkataan Yuliasman.

Namun pagi itu Salman menolak ajakan Yuliasman dan ingin menjajakan dagangannya terlebih dahulu. Sontak Yuliasman pun tidak mengindahkan perkataan Salman. Menurut Yuliasman penolakan yang dilakukan Salman itu cara ia supaya menghindar ajakannya tersebut.

“Itu lagu lama dek kata si Yuliasman itu,” sebutnya.

Kemudian Salman meminta Yuliasman untuk menyimpan nomor telepon pribadinya. Hal ini dilakukan Salman supaya Yuliasman percaya perkataanya tersebut.

“Malah saya lebih senang jumpa pimpinan kampus,” kata Salman kepada Yuliasman.

Setelah itu, Salman menyebut Yuliasman menyuruh dirinya untuk langsung ke Rektorat. Namun hingga berita ini terbit, Yuliasman sama sekali belum menghubungi dirinya terkait harus menemui siapa di Rektorat.

“Jadi siapa yang mau saya jumpai, nomor saya sudah disimpan dia padahal,” katanya.

Salman menyesalkan perkataan Yuliasman terkait permintaannya untuk turut serta membayar retribusi saat berjualan di kampus. Menurutnya hal ini tidak masuk akal, sebab ia sama sekali tidak meggunakan lapak seperti halnya kantin di kampus.

“Justru saya butuh uang, maka itu saya jualan, kok diminta retribusi juga,” kesalnya.

Salman mengaku dirinya juga difoto oleh orang yang tidak dikenal. Awalnya Salman tidak percaya. Ia mengetahui difoto dari teman seperjuangan yang juga aktif berjualan di kampus bernama Wawan.

“Awalnya saya ga percaya difoto, karena memang tidak merasa difotoin, tetapi Wawan mengatakan kalau ia mendapatkan informasi tersebut dari seseorang penjual kantin kampus, yang motoin saya itu orang Rektorat sepertinya,” sebutnya.

Salman menyayangkan dengan adanya kejadian ini. Menurut Salman, kejadian ini mempengaruhi mentalitas mahasiswa yang berjualan.

“Jadinya mereka jualan sembunyi-sembunyi, bukan hal mudah untuk jualan seperti ini, apalagi masuk ke kelas-kelas dan tidak ada mahasiswa yang membeli, rasanya itu ya gimana gitu,” kata Salman.

Salman menuturkan jika sudah seperti ini, dirinya siap untuk bertemu pimpinan kampus. Ia akan meminta rektor untuk membuka tempat berjualan bagi mahasiswa seperti halnya yang telah dilakukan beberapa kampus di Provinsi Riau.

“Kampus-kampus lain sudah ada, kampus ini aturanya bisa mengikuti,” harapnya.

Rotte yang dijual Salman diambilnya dari gudang pembuat Rotte. Rotte yang ia jajakan dijual Rp 3.000 perbungkusnya. Salman menyebut sehari bisa habis 50 bungkus.

“Untung-untung Rp 20.000,” katanya.

Penulis: Adrial Ridwan
Editor: Kiki Mardianti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.