Kronologi Batalnya Kuliah Umum ISAIS yang Ditolak oleh BEM UIN Suska

Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau batal menggelar kuliah umum dan bedah buku di Rektorat Lantai Lima dengan mengundang Prof Nadirsyah Hosen, seorang dosen tetap di Monash University of Australia. Seharusnya kegiatan ini dilaksanakan di Lantai Lima Rektorat UIN Suska, karena ada penolakan maka kegiatan ini dipindahkan ke Grand Suka Hotel, Rabu(17/05/17).

Direktur ISAIS UIN Suska Riau Prof Ali M Hassan Palawa menjelaskan kronologis batalnya acara tersebut. Pada Selasa pihak ISAIS menghadap Rektor Prof Munzir Hitami untuk membicarakan perihal acara bedah buku dan kuliah umum. Sebelum mereka masuk ke dalam Ruangan Rektor, kedua mahasiswa tersebut keluar dari Ruangan Rektor jam 12 lewat. Pihak ISAIS sempat berpapasan di luar pintu. Kemudian, Ali bersama Hanafi sebagai sekretaris ISAIS memberikan surat  permohonan agar Prof Munzir Hitami memberikan kata sambutan sekaligus membuka acara tersebut.

“Tadi ada mahasiswa datang yang mengatakan tidak setuju acara itu dilakukan di kampus,” ujar Ali menirukan ucapan Munzir sebelum pihak ISAIS mengutarakan maksud kedatangannya.

Dari pengakuan Munzir, dirinya telah memberikan pemahaman kepada mahasiswa terkait dengan penolakan tersebut selama kurang lebih satu jam. Akan tetapi, kedua mahasiswa tersebut tetap bersikukuh agar kegiatan ini tidak dilakukan di area kampus. Kemudian, Munzir menyarankan kedua mahasiswa tersebut untuk menemui Wakil Rektor (WR) I yang merupakan atasan langsung ISAIS, namun karena WR I tidak berada di tempat, kedua mahasiswa tersebut pulang.

Pihak ISAIS yang awalnya ingin bertemu WR I, akhirnya memutuskan pergi ke ruangan kepala biro AAK untuk memperjelas pendanaan kegiatan kuliah umum. Ali menjelaskan proposal dana bedah buku dan kuliah umum itu berbeda. Bedah buku bekerja sama dengan Asian Foundation, sedangkan kuliah umum merupakan kegiatan universitas.

Sesampainya di ruang Kepala AAK, Eramli juga mengatakan beberapa jam sebelumnya telah datang mahasiswa yang menolak acara tersebut dengan memperlihatkan hal yang sama yang telah mereka perlihatkan kepada Rektor, yaitu screenshot twit hadis nabi dan tentang kasus Ahok yang diposting oleh Nadirsyah Hosen. Yang membuat mereka berpikir bahwa Nadirsyah adalah Jaringan Islam Liberal (JIL).

Pihak ISAIS bingung karena ada penolakan di H-1 acara. Mereka sempat meminta izin kepada Rektor untuk melakukan diskusi dengan kedua mahasiswa tersebut agar acara kuliah umum tidak batal. Munzir menanggapi baik niat untuk diskusi tersebut.

“Bagus silahkan,” kata Ali kembali menirukan ucapan Munzir saat menanggapi permintaan dari pihak ISAIS.

Setelah itu, Ali menghubungi Prof Raihani selaku penulis buku yang akan dibedah dan Dr. Iskandar Arnel terkait diskusi. Setelah lama menunggu, datanglah mahasiswa yang terdiri dari tiga orang perempuan dan empat orang laki-laki.

“Awalnya diskusinya bagus, tapi ujung-ujungnya mereka minta acara ini dibatalkan. Mereka ngotot dan pakai redaksi ‘pokoknya’,” ujar Ali ketika ditemui di kantor ISAIS.

Mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UIN Suska Riau, memberikan dua opsi peluang agar acara ini bisa berlangsung, yaitu :

  1. Bila acara tetap berlangsung, maka harus dilakukan di luar kampus.
  2. Bila acara ini dilakukan di dalam kampus, maka peserta yang mengikuti acara ini terbatas, yaitu orang yng memiliki pemahaman agama yang baik seperti dosen-dosen.

Ali juga mengatakan, bahwa pihak BEM meminta keadilan saat diskusi yang sebelumnya juga sudah diminta kepada Rektor. Terkait dilarangnya kegiatan yang mendatangkan tokoh Ulama Front Pembela Islam.

“karena kemarin acara habib rizieq bapak larang, nah sekarang kami meminta keadilan agar acara ini juga dilarang,” ujar Ali saat menjelaskan alasan pihak BEM UIN Suska.

Saat ditanya Ali mengenai sikap BEM yang menolak merupakan sebuah balas dendam, mereka menyangkalnya. Pihak BEM Mengatakan permasalahan saat ini dan masalah yang lalu itu berbeda. Pihak BEM sempat mengancam, bila acara tersebut tetap dilakukan, pihaknya tidak akan bertanggung jawab dan tidak mau tahu bila nantinya ada pengusiran.

“Akhirnya, setelah berdiskusi panjang dan kami berdiskusi kembali dengan Rektor, kegiatan ini dilakukan di Grand Suka Hotel dengan menjadikannya seminar international,” tutup Ali.

Ralat: Terdapat kekeliruan terhadap penyebutan gelar narasumber.  Pada berita ini disebutkan nama narasumber dan gelarnya  “Prof Ali M Hassan Palawa”. Menurut keterangan dari pembaca gelar dan nama narasumber adalah “DR Ali M. Hassan Palawa”.

Ralat diterbitkan berdasarkan penggunaan hak koreksi yang disampaikan
salah satu pembaca. Atas kesalahan dan kekeliruan penulisan gelar narasumber ini, sekali lagi redaksi memohon maaf.

Penulis :Azizah* dan Desi**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.