[Part 2] Cerita Lima Tokoh Yang Berperan Dalam Proklamasi Indonesia

4.Soekarni Kartodiwirjo

Sukarni adalah tokoh golongan muda yang mengusulkan naskah proklamasi hanya ditanda tangani Soekarno-Hatta, dan atas nama bangsa Indonesia. Ia juga diketahui sebagai pimpinan dalam ‘penculikan’ di peristiwa Rengasdengklok. Soekarno dan Mohammad Hatta menolak permintaan golongan muda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Akhirnya golongan muda sepakat untuk ‘menculik’ keduanya ke Rengasdengklok.
Dalam mengisi kemerdekaan, Soekarni sangat berpengaruh dalam republik muda. Ia dan Tan Malaka mendirikan Partai Murba dan menjadi oposisi pemerintah. Bersama Wikana dan Chairul Saleh, mereka mendirikan Komite van Aksi dan Angkatan Pemuda Indonesia (API). Dia juga memobilisasi kalangan buruh dengan membentuk Barisan Buruh Indonesia. Sukarni, Adam Malik, dan Chairul Saleh lalu bergabung ke dalam Persatuan Perjuangan, organisasi oposisi terbesar yang didirikan Tan Malaka pada 1946.
Meski sering bertentangan dan bertengkar, hubungan Soekarni dengan Soekarno disebut mempunyai banyak kesamaan. Adam Malik dalam memoarnya mengabdi pada Republik menyebut keduanya seperti kakak-adik (historia.id). Selain kesamaan nama, mereka sama-sama mempunyai sifat keras dan berpostur tegap. Soekarno bahkan sempat membekukan Partai Murba dan memenjaran Soekarni karena desakan PKI. Partainya dituduh terlibat dalam Barisan Pendukung Soekarnoisme (BPS), mendukung Manifesto Kebudayaan, dan menerima uang US$100 juta dari CIA untuk menggulingkan Presiden Sukarno.
Setelah Sukarni keluar penjara, Sukarno merehablitiasi Partai Murba melalui Keputusan Presiden No. 223 tahun 1966 pada 17 Oktober 1966. Soekarni berpengaruh besar dalam pembentukan parlemen di negeri ini. Sukarni memprakarsai pengambilalihan aset Jepang untuk republik dari mulai Kereta Api di Manggarai, angkutan umum dan juga stasiun Radio. Salah satu kegiatan monumental yang melibatkan Sukarni adalah apel besar di Lapangan IKADA atau Ikatan Atletik Djakarta pada September 1945. Setelah Orde Lama runtuh, Soekarni masih sempat menjadi Dewan Pertimbangan Agung dan Duta Besar Indonesia untuk Mongolia dan Republik Rakyat China. Hingga akhirnya ia wafat pada 7 Mei 1971. 
5.Sayuti Melik

Dia adalah pengetik naskah teks proklamasi dari tulisan tangan Soekarno. Ia termasuk dalam kelompok Menteng 31, golongan muda yang mendesak Soekarno untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda berusaha meyakinkan Soekarno dan Mohamad Hatta bahwa Jepang sudah menyerah dan meminta mereka untuk merebut kemerdekaan. Namun tawaran ini ditolak hingga terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Meski menjadi salinan dari tulisan tangan Soekarno, hasil akhir dari naskah yang diketik Sayuti Melik
mempunyai sedikit perbedaan. Kata ‘Tempoh’ pada naskah asli diganti dengan kata ‘Tempo’, selain itu Sayuti juga menambahkan kata ‘hari’, ‘bulan’ dan ‘tahun’ sebagai waktu proklamasi kemerdekaan di bacakan. Ia juga mengusulkan gagasan agar kata-kata ‘wakil-wakil bangsa Indonesia’ diganti dengan ‘atas nama bangsa Indonesia’ dan ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Soekarno setuju dengan gagasan itu.
Setelah Indonesia Merdeka ia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pada tahun 1946 atas perintah Mr. Amir Syarifudin, ia ditangkap oleh Pemerintah RI karena dianggap sebagai orang dekat Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka. Ia jugadianggap bersekongkol dan turut terlibat dalam “Peristiwa 3 Juli 1946. Setelah diperiksa oleh Mahkamah Tentara, ia dinyatakan tidak bersalah. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, ia ditangkap Belanda dan dipenjarakan di Ambarawa. Ia dibebaskan setelah selesai KMB. Tahun 1950 ia diangkat menjadi anggota MPRS dan DPR-GR sebagai Wakil dari Angkatan ’45 dan menjadi Wakil Cendekiawan.
Sayuti Melik merupakan tokoh yang sangat menentang ide Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) oleh Soekarno. Ia juga menetang usulan penetapan Soekarno menjadi presiden seumur hidup oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Tulisannya tentang soekarnoisme ‘meledak’ dan dimuat di media ketika itu walau akhirnya dilarang oleh pemerintah. Artikel bersambung itu menjelaskan perbedaan Marhaenisme ajaran Bung Karno dan Marxisme-Leninisme doktrin PKI. Ketika itu Sayuti melihat PKI hendak membonceng kharisma Bung Karno.
Selain tokoh-tokoh tersebut masih ada beberapa orang yang terlibat langsung dalam deklarasi kemerdekaan Republik Indonesia di kediaman Soekarno. Peran mereka tidak hanya dalam penyusunan naskah, tetapi juga peristiwa saat pembacaan proklamasi seperti pengibaran bendera hingga peran Laksamana Maeda dan  tokoh-tokoh nasional yang hadir ketika kemerdekaan bangsa ini diproklamirkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.