Resensi: Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan

Oleh: Desi
Wartawan Gagasan
Judul buku                    :  Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan
Penulis                          :  Prof. Dr. Hamka
Penerbit                        :  Gema Insani, Oktober 2014
Jumlah Halaman          :  134 Halaman
ISBN                            :  976-602-250-236-4
Jika perempuan baik, baiklah negara, dan jika mereka bobrok, bobrok pulalah negara. Mereka adalah tiang, dan biasanya tiang rumah tidak begitu kelihatan. Namun jika rumah sudah condong, periksalah tiangnya. Tandanya tianglah yang lapuk. 
Itulah beberapa penggalan kalimat di dalam buku Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan. Dari kalimat  tersebut, sudah terlihat bahwa sosok seorang Perempuan sangat penting dalam kehidupan dan dijadikan sebuah simbol. 
Buku setebal 134 halaman ini,  menuliskan tentang hak-hak perempuan dalam islam. Dalam buku ini juga, Buya Hamka menguraikan bahwa perempuan sangat dimuliakan oleh islam. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa dalil, baik dari Al-Quran maupun Al-Hadist, serta sejarah hidup Rasulullah, sahabat, dan generasi-generasi saleh. 
Buku ini juga membahas tentang kesamaan tugas laki-laki dan perempuan, yakni menegakkan amar ma’ruf , menegakkan kebenaran dan keadilan, mengokohkan akhlak yang tinggi dalam pembangunan masyarakat. Demikian juga nahi munkar, mencegah kemungkaran yang bisa menjatuhkan mutu masyarakat dan merusak akhlak. Serta tentang tugas bersama mengeluarkan zakat. 
Selain itu, pada butir “Lebih Mulia daripada Bidadari”, Hamka menjelaskan bahwa bila si laki-laki telah mengucapkan ijab qabul  dengan wali si perempuan agar dia berlaku baik terhadap istrinya, maka tanggung jawab atas perempuan telah berpindah dari tangan orang tuanya kepada suaminya. 
Disamping kewajiban yang telah dipikul oleh suami, istri pun mempunyai hak yang di jamin oleh Allah dan Rasul. Artinya, apabila pihak laki-laki yang merasa dirinya lebih kuat bertindak sewenang-wenang hingga hak istri terlanggar, berdosalah suami kepada Allah dan Rasul yang telah melanggar hak istri.
Dalam bab “Pandangan Kaum Orientalis”, Hamka mengingatkan umat islam untuk belajar islam dari sumber aslinya. Sehingga dapat memahami islam dengan benar, bukan dari para orientalis yang ada penyakit dalam hatinya. 
Buku yang terdiri dari empat belas butir (Bab) ini, bisa mulai dibaca dari bab mana saja. Selain itu, di setiap peralihan bab nya, terdapat kalimat penting yang menggambarkan kesimpulan dari bab tersebut. Dengan itu pesan penulis semakin mudah tersampaikan.

Editor:  Ferdy

www.gagasan-online.com
Portal Warta Digital
LPM Gagasan UIN Suska Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.